Sukses

BBM Satu Harga Bantu Percepat Pembangunan Ekonomi di Papua

BBM satu harga di Papua dan Papua Barat merupakan upaya pemerintah kurangi disparitas harga untuk percepat pembangunan.

Liputan6.com, Wamena - Program BBM Satu Harga yang dijalankan oleh pemerintah mampu menurunkan harga BBM di sejumlah daerah di timur Indonesia secara signifikan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengungkapkan hal itu dalam kunjungan kerjanya ke Papua. Rini mengungkapkan, BBM Satu Harga di Papua dan Papua Barat merupakan upaya pemerintah mengurangi disparitas harga dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi.

"Harga BBM di Papua sebelum 2016 berada di kisaran RP 50 ribu-Rp 60 ribu per liter. Dengan adanya kebijakan BBM Satu Harga, harga penjualan BBM di Papua setara dengan wilayah Jawa dan Bali sesuai penetapan pemerintah di mana harga premium Rp 6.450 dan harga Solar Rp 5.150," ujar dia di Wamena, Papua, Selasa (21/11/2017).

Dia menuturkan, penyetaraan harga BBM dilakukan dengan menambah jumlah lembaga penyalur (LP) total BBM Satu Harga yang telah beroperasi sejak tahun 2016 dan terus berlangsung di 2017. Hingga November 2017, di Papua tercatat sudah 9 LP dan di Papua Barat terdapat 2 LP yang mendistribusikan BBM kepada masyarakat.

"Kami akan terus mendorong penambahan jumlah lembaga penyalur, sehingga masyarakat di pelosok atau pedalaman Papua juga mendapatkan keadilan," kata Rini.

Dari data Pertamina, kebutuhan BBM di wilayah Papua saat ini tercatat hampir mencapai 800 ribu kilo liter (KL) per tahun, dengan alokasi sekitar 500 ribu KL untuk wilayah Papua dan 300 ribu KL untuk wilayah Papua Barat. Distribusi penyaluran BBM yang dilakukan melalui moda transportasi darat, laut dan udara.

Untuk 2018, pemerintah menargetkan penyetaraan harga BBM di Papua terjadi di 14 titik yang antara lain tersebar di wilayah Bolkame, Abonaho Keerom dan Tolikara.

"Kondisi geografis dan distribusi menjadi tantangan dan kami terus menerus berupaya untuk atasi bersama dan kami optimis penyetaraan Harga BBM di titik-titik yang ditargetkan dapat terwujud. Dukungan dari pemerintah daerah, sinergi BUMN, masyarakat dan semua pemangku kepentingan sangat dibutuhkan bagi kemajuan kita semua dan pemerataan ekonomi," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

BUMN Ini Bisa Turunkan Harga Bahan Pokok di Puncak

Sebelumnya, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) menyalurkan minyak goreng, tepung terigu dan gula pasir‎ ke wilayah Puncak Jaya, Papua. Hasilnya, saat ini harga ketiga komoditas tersebut turun 25 persen dari rata-rata sebelumnya.

Direktur Utama PPI Agus Andiyani mengatakan, untuk menghemat ongkos logistik ke Puncak Jaya, pihaknya menggunakan rute yang lebih hemat biaya. Jika sebelumnya barang yang dikirim dari Jawa transit di Jayapura, kini transit di Timika kemudian melewati Wamena baru ke Puncak Jaya.

‎"Kami memilih rute yang murah. Kalau selama ini kan banyak dari Jawa Timur ke Jayapura, baru ke Puncak Jaya. Ini contoh satu, kami lewat Timika dengan kapal laut. Kemudian dari Timika ke Wamena naik pesawat. Dari Wamena ke Puncak Jaya naik darat. Ternyata lebih murah skema itu," ujar dia di Wamena, Papua, Selasa 21 November 2017.

Kemudian, PPI juga melakukan harmonisasi antar mode transportasi dengan menggandeng Pelni dan Pelindo. Cara ini meminimalisasi waktu penyimpanan barang sehingga tidak membutuhkan gudang karena barang yang sampai di pelabuhan langsung diangkut dengan truk dan pesawat.

"Kapal dari Surabaya di Pelabuhan Pomako (Timika), langsung diangkat. Begitu datang barangnya, pesawat sudah ada sehingga dibawa ke Wamena. Begitu Wamena sampai, truk sudah nunggu, lalu berangkat di sana. Sehingga saya tidak membayar beberapa gudang. Itu akan mengurangi harganya," kata dia.

Dengan skema logistik ini, lanjut Agus, harga tiga komoditas yang didistribusikan oleh PPI ke Puncak Jaya bisa ditekan hingga 25 persen. Misalnya, gula yang sebelumnya dijual Rp 35 ribu per kg, kini menjadi Rp 26.250 per kg. Kemudian tepung terigu dari Rp 30 ribu menjadi Rp 23.200 per kg dan minyak goreng ukuran 1 liter dari Rp 45 ribu menjadi Rp 33.750.

"Makanya bisa turun 25 persen. (Pedagang harus jual lebih murah 25 persen?) Iya pasti harga itu. Puncak Jaya itu harus 25 persen dari harga yang berlaku saat itu," tandas dia.