Liputan6.com, Jakarta PT Indonesia Power bersama PT Adaro ‎Energy berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang di Kalimantan Timur (Kaltim. Pembangkit ini berkapasitas 2X100 Mega Watt (MW).
‎Direktur Utama PT Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani mengatakan, pada proyek PLTU ini perusahaan mendapatkan porsi kepemilikan saham sebesar 51 persen, sedangkan sisanya merupakan porsi Adaro.
Advertisement
Baca Juga
"Porsinya 51 persen Indonesia, 49 persen Adaro untuk PLTU Mulut Tambang Kaltim," kata Inten, di Jakarta, Rabu (22/11/2017).
Menurut dia, lokasi pembangunan PLTU tersebut berada di dekat lokasi tambang batubara Adaro. Namun karena batubara yang diproduksi dari tambang tersebut tidak ekonomis untuk dijual maka ‎dimanfaatkan dengan cara membangun PLTU.
‎"Salah satu lokasi di tambang Adaro yang didesain tidak dibawa keluar, karena kalau dibawa keluar tidak ekonomis,‎" tutur dia.
Nantinya pendanaan PLTU tersebut berasal dari kedua perusahaan, sesuai dengan prosi saham yang telah jadi kesepakatan.
Adapun biaya investasi, khusus pembangunan pembangkit diperkirakan US$ 180 juta dengan perhitungan US$ 900 per kilo Watt (kW).
"Investasi pasti sedang dihitung, tapi perkiraan US$ 900 dolar per kW, bebannya‎ sesuai dengan porsi sahamnya," jelas dia.
Saat ini Indonesia Power sedang meminta persetujuan kerjasama ke induk usahanya yaitu PT ‎PLN (Persero). PLTU yang menjadi bagian dari proyek 35 ribu MW tersebut diperkirakan akan beroperasi pada 2021.
"Kami mengajukan usulan ke pln untuk dapat persetujuan, Ini bagian dari 35 ribu MW," tutup ‎Inten.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menteri Jonan Tak Ingin Ada Penambahan PLTU di Jawa
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan tidak ingin pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Pulau Jawa. Ia ingin aga rpembangunan PLTU dilakukan di luar Jawa. Hal tersebut untuk mengoptimalkan kebijakan penggunaan energi sesuai dengan potensi yang ada di wilayah.
Jonan mengatakan, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018 yang masih dirancang, akan ditetapkan pembangunan pembangkit listrik sesuai dengan potensi energi yang ada di wilayah masing-masing.
Pembangunan pembangkit juga dilakukan dekat sumber energi, hal ini untuk mengurangi biaya, sehingga listriknya jauh lebih murah.
"Untuk pulau ada sumber gasnya kita bangun PLTG disumur gasnya agar tidak perlu membangun pipa sehingga harganya murah. Untuk pulau ada tambang batubara bangun pembangkit di mulut tambang," kata Jonan, saat membuka pekan pertambangan dan energi 2017, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (26/9/2017).
‎Dengan diterapkannya kebijaan tersebut, kedepannya Jonan tidak mau ada PLTU yang menggunakan bahan bakar batu bara dibangun di Pulau Jawa. Pasalnya, Jawa tidak memiki tambang batu bara.
"Saya tidak mau PLTU bertambah di Jawa, kita ini (Jawa) pengguna PLTU terbesar, penduduknya juga besar," ujarnya.
Menurut Jonan, untuk nasib PLTU yang pembangunannya sudah masuk rencana, akan tetap diperbolehkan. Tetapi dia tetap mendorong pembangunan pembangkit di Jawa menggunakan ‎energi yang sesuai dengan potensinya, salah satunya adalah energi gas.
"Yang sudah tanda tangan jalan saja, ada sumur gas di Jawa Selat Madura ada. Jadi mustinya bisa,kita tutup, diusahakan pembankit batubara di mulut tambang," tutup ‎Jonan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement