Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum secara tegas menyatakan menolak penggunaan mata uang virtual bitcoin. Namun, OJK juga belum memberikan sinyal memperbolehkan penggunakan bitcoin untuk transaksi. Sampai saat ini, otoritas keuangan tersebut masih mendalami dampak positif dan negatif bitcoin.
Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK, Irmansyah, mengatakan munculnya bitcoin merupakan fenomena perkembangan teknologi saat ini.
"Isunya itu apakah kita diam saja tidak teratur atau kita atur dan kita tahu mengaturnya. Kalau kita atur, itu berarti kita ingin tahu ini barang apa," kata Irmansyah di gedung OJK, Jumat (24/11/2017).
Advertisement
Irmansyah mencontohkan, ada beberapa negara yang justru menyatakan akan mengatur penggunaan bitcoin dalam sebuah transaksi. Salah satunya Singapura. Pengaturan tersebut, menurut dia, adalah salah satu langkah untuk mencegah pengaruh negatif dari munculnya bitcoin tersebut.
Baca Juga
"Kita belum firm ya, yang jelas kita lihat kembali kalau memang ada dampak positifnya kita akan lihat aturannya bagaimana. Namanya teknologi itu pasti terus berkembang," tuturnya.
Sebelumnya, Managing Director Badan Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan, kini sudah saatnya para pelaku pasar berhati-hati dengan bitcoin.
Alasannya, nilai dari uang digital ini terus melonjak dari waktu ke waktu. Pada Oktober lalu, nilai bitcoin meningkat ke angka US$ 5.700 atau sekitar Rp 77 juta. Ini merupakan rekor tertinggi yang pernah ditorehkan oleh bitcoin sepanjang sejarah.
Meski demikian, Lagarde juga mengingatkan bahwa pemakaian mata uang digital ini tidak selamanya buruk. Untuk itulah, para pelaku pasar harus benar-benar cermat dalam melihat perubahan ini. Ada implikasi yang lebih luas dalam dunia teknologi.
"Saya pikir seharusnya kita tidak mengategorikan apa pun yang berhubungan dengan mata uang digital dalam spekulasi negatif, seperti skema ponzi. Ini jauh lebih dari itu juga," jelasnya.
"Yang kami lihat, mata uang ini bisa membuat kita menggunakan teknologi yang lebih efisien dan murah," ia melanjutkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Alasan penggunaan bitcoin
Platform mata uang digital Luno dalam website-nya menyebut, Indonesia merupakan negara yang pertumbuhan pengguna bitcoin-nya terus meningkat.
Apalagi, hasil penelitian menemukan bahwa 80 persen orang Indonesia (sekitar 200 juta orang) merupakan kelompok yang tak tersentuh perbankan (unbankable). Dengan begitu, potensi bitcoin untuk digunakan masyarakat Indonesia masih sangat besar.
Lantas, apa alasan yang mendasari bitcoin dipakai oleh sebagian orang Indonesia? Menurut informasi dari platform mata uang digital Luno, ada berbagai alasan yang membuat orang membeli bitcoin.
Dalam infografis Luno yang diterima Tekno Liputan6.com, Jakarta (4/8/2017), sebanyak 20,4 persen responden melihat bitcoin sebagai alat pembayaran yang lebih baik dibanding kartu kredit. Mereka menilai demikian karena bitcoin dianggap aman, sebab sulit melakukan penipuan dengan bitcoin dan privasi penggunanya pun yang terjamin.
Alasan yang kedua, transaksi dengan bitcoin dianggap lebih cepat dan murah. Bitcoin juga bersifat terdesentralisasi. Pengguna memanfaatkan bitcoin untuk investasi lantaran menganggap bitcoin adalah aset bernilai tinggi. Tidak sedikit juga yang menggunakan bitcoin untuk perdagangan harian.
Advertisement