Sukses

Izin Cepat, RI Segera Punya Pabrik Protein Pakan Ternak Raksasa

Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyampaikan PT API akan membangun pabrik protein pakan ternak di KEK Sei Mangkei Rp 6,5 triliun

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menargetkan lahan seluas 2.000 hektare (ha) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei Sumatera Utara dapat digunakan investor tahun depan. Salah satunya adalah PT Alternatif Protein Indonesia (API) yang akan segera merealisasikan investasi di kawasan tersebut senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun.

Dewan Nasional KEK sekaligus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution meminta kepada Direktur Utama PTPN III untuk menempatkan orang-orang yang berkompeten dalam pemasaran di Badan Usaha dan pengelola KEK Sei Mangkei.

"Tolong Badan Usaha dan Pengelola KEK Sei Mangkei diisi orang-orang berkompeten dalam pemasaran, terutama orang yang berani menjalin kerja sama dengan pihak dan instansi di luar negeri," tegas Darmin dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (27/11/2017).

"Tahun depan sudah harus full speed. Target kita 2.000 ha lahan di KEK Sei Mangkei digunakan investor, bukan hanya 200 ha," dia menambahkan.

Darmin menjelaskan, pemerintah sudah menyiapkan perizinan cepat yang bisa bersaing dengan negara manapun. Nantinya investor yang akan berinvestasi di KEK hanya perlu melengkapi delapan perizinan yang tersedia di Kantor Administrator KEK.

"Setelah itu, investor tinggal tanda tangan komitmen bahwa perizinan lainnya akan segera diurus dan dilengkapi. Investor sudah bisa langsung membangun di lahan KEK," jelas Darmin.

Sebut saja PT Alternatif Protein Indonesia (API) akan segera merealisasikan investasi di KEK Sei Mangkei senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun. Perusahaan ini akan memproduksi alternatif protein, fats, chitin, lauric acids, serta turunan dari protein, dan bio-fertilizer di lahan seluas 51 hektar.

Penandatanganan Perjanjian Kompensasi Lahan dilakukan oleh PT API dengan PTPN III di KEK Sei Mangkei pada hari ini. PTPN III diketahui merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pengelola KEK Sei Mangkei.

"Dengan tersedianya lahan, PT API akan merealisasikan pembangunan pabrik pada Januari 2018," Darmin menuturkan.

Sementara itu, PT Industri Nabati Lestari telah merealisasikan pembangunan pabrik dengan nilai investasi Rp 1,1 triliun di atas lahan seluas 7 hektare di KEK Sei Mangkei. Pabrik yang proses konstruksinya sudah mencapai 50 persen itu akan memproduksi minyak goreng kapasitas 456 ribu ton per tahun, furined fatty acid distillate 27 ribu ton per tahun, dan stearin 114 ribu ton per tahun. Pabrik ini ditargetkan selesai pada pertengahan 2018.

Selanjutnya, ada PT Unilever Oleochemical Indonesia yang telah berinvestasi Rp 2 triliun di KEK Sei Mangkei. Perusahaan tersebut akan memperluas pabriknya, dari semula 18 ha menjadi 27 ha.

Perluasan lahan 9 ha ini diperkirakan memakan investasi Rp 1 triliun. Sehingga total investasi Unilever Oleochemical Indonesia di KEK Sei Mangkei akan mencapai Rp 3 triliun. Rencana perluasan untuk memproduksi fatty acid dan esther.

"Hingga akhir 2017, KEK Sei Mangkei menyerap investasi Rp 10,5 trilliun," tutur Darmin.

Sekretaris Dewan Nasional KEK, Enoh Suharto Pranoto menambahkan, saat ini KEK Sei Mangkei telah mengakomodasi kegiatan investasi cukup signifikan. "Termasuk komitmen investasi, diharapkan pada 2018, investasi yang diserap dapat mencapai Rp 15-16 tilliun," terangnya.

Oleh karenanya, infrastruktur konektivitas wilayah, seperti Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung, jalur kereta api, jalan tol dan Bandara Internasional Kualanamu akan memperkuat akses wilayah dari dan menuju KEK Sei Mangkei.

Enoh menilai, dengan pembangunan infrastruktur, akan sangat memudahkan investor mengakses pasar melalui investasi di KEK Sei Mangkei dan kawasan industri lain di Sumatera Utara. Dengan demikian, KEK dan kawasan industri lain juga bertumbuh di sepanjang pesisir pantai timur Sumatera. Seperti di Aceh, juga akan segera beroperasi KEK Lhokseumawe, yang berbasiskan aktivitas ekonomi kilang, petrokimia.

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Wahyu Utomo menambahkan Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan dapat segera beroperasi pada kuartal I-2018.

"Beroperasinya pelabuhan ini sangat penting untuk menarik investasi di KEK Sei Mangkei, karena kemudahan kegiatan industri mengakses pelabuhan," ujar Wahyu.

Dalam jangka panjang, yakni hingga 2025, pelabuhan Kuala Tanjung yang dikelola oleh Pelindo I ini dirancang untuk mengakomodir logistik peti kemas sampai 20 juta teus.

“Dengan peran dan volume sebesar itu, intermoda transportasi kereta api, jalan, pelabuhan dan bandara terintegrasi bagi Pelabuhan Kuala Tanjung adalah mutlak," jelas Wahyu.

Tonton Video Pilihan Ini

2 dari 2 halaman

RI Akan Punya Pabrik Protein Pakan Ternak Terbesar di Dunia

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menggaet investor asing, PT Alternative Protein Indonesia (API), untuk menanamkan modalnya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara (Sumut).

Perusahaan patungan Belgia, Inggris, dan Denmark itu berencana membangun pabrik alternatif protein untuk pakan ternak senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,65 triliun.

Kerja sama ini ditunjukkan dengan penandatanganan Master of Agreement (MoA) antara PTPN III dengan PT API. PTPN III merupakan holding perkebunan milik negara yang menjadi pembangun sekaligus pengelola KEK Sei Mangkei.

Direktur Utama PTPN III, Dasuki Amsir, mengungkapkan PT API akan melakukan pembangunan insect bio reactor (lBR) untuk pengembangbiakan serangga Black Soldier Fly yang akan menghasilkan produk protein alternatif sebagai bahan pakan ternak (feed) dan bahan pangan (food) di lndonesia.

Pabrik yang nantinya dibangun akan melakukan pengolahan bahan baku pakan ternak yang berasal dari serangga yang banyak ditemukan di tandan kosong kelapa sawit.

"Ini pengembangan industri baru di Indonesia. Peternakannya ada di Eropa, di sini pengembangan saja karena nanti protein dari sini dikirim lagi untuk breeding, lalu dipasarkan," terang Dasuki saat berbincang dengan wartawan di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (17/5/2017).

Menurutnya, PT API tertarik berinvestasi di Indonesia lantaran bahan baku alternatif protein dari serangga banyak terdapat di Sumut, yakni dari tandan kosong kelapa sawit maupun bungkil sawit atau disebut Palm Kernel Meal (PKM).

"Pendekatan mereka ke bahan baku, mereka mau mengelola tandan kosong dan PKM. Kan bahan baku ada di Sumut, jadi mereka mendekati bahan baku," dia menjelaskan.

Dasuki mengungkapkan, API berencana menanamkan modal senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,65 triliun dengan membangun 5 IBR di Sei Mangkeu. Investasi ini akan dilakukan secara bertahap.

"Investasinya US$ 500 juta. Pabrik bakal groundbreaking Juli ini, dan memakan waktu 18 bulan, Februari 2019 selesai. Sebanyak 700 ribu ton tandan kosong dan PKM 300 ribu ton per tahun, kita akan suplai ke mereka," dia menjelaskan.

Dasuki menyebut, PTPN III telah menyiapkan 51 hektare (ha) lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik alternatif protein oleh API. "Kita sudah siapkan. Aggreement sudah oke, tinggal ada beberapa dukungan yang harus di clear-kan ke depan," dia menjelaskan.

Sementara itu, SEVP Bidang Produksi PTPN III Alexander Maha menambahkan, pengembangan IBR ini merupakan inovasi baru di Indonesia. Tak main-main, PT API berencana mengembangkan alternatif protein di Indonesia dengan nilai mencapai US$ 4 miliar dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

"Ini (pabrik) animal feed terbesar di dunia yang akan dibangun di Indonesia. Rencananya lima tahun ke depan investasi pengembangan hingga US$ 4 miliar dengan membangun total rencana bangun 25 IBR di seluruh Indonesia dan kebutuhan feedstock sekitar 2,5 juta per tahun," ujarnya.

Dia menilai, komitmen investasi dari investor asing ini menjadi bukti kepercayaan mereka terhadap Indonesia, khususnya Sei Mangkei.

"Ini kepercayaan investor mancanegara ke Sei Mangkei. Karena setelah survei panjang, API yakin KEK Sei Mangkei adalah tempat yang tepat untuk berinvestasi," Alex menuturkan.

Selain meningkatkan nilai investasi di Indonesia, pengembangan industri protein alternatif ini diharapkan dapat menyerap lebih dari 1.000 tenaga kerja, di mana secara bertahap akan mencapai total 10.000 pekerja.