Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) menjajaki kerja sama dengan Denmark untuk melakukan berbagai kajian pada sektor kelistrikan, di antaranya pengaturan beban kelistrikan pada jaringan PLN. Dengan begitu, diharapkan biaya listrik perusahaan menjadi lebih ekonomis.
"Pengaturan beban. Jadi bagaimana mengatur beban yang lebih ekonomis. Begitulah kira-kira," kata Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman di Jakarta, Rabu (29/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Syofvi mengungkapkan, teknologi tersebut dapat membuat biaya pembangkitan dan penyaluran listrik lebih efisien. Denmark telah menawarkan teknologi dan pengetahuannya untuk dibagi ke PLN.
"Ini studi. Jadi studi untuk strengthening orang-orang saya, karena kan mereka menawarkan teknologi dan pengetahuan mereka. Itu dulu yang kita tindaklanjuti," jelasnya.
Menurutnya, PLN dan Denmark belum memiliki rencana kerja sama lebih jauh untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan. "Belum, belum, pengetahuan mereka. Itu dulu yang kita tindaklanjuti," ujarnya.
Syofvi mengakui, Denmark memiliki kemampuan baik dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT). Sebesar 40 persen kebutuhan listrik Denmark dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
"Wind mereka itu 40 persen dari total sistem listriknya. Saya enggak tahu total capacity mereka berapa," ungkapnya.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan melanjutkan, pemerintah Denmark memiliki keyakinan tarif listrik EBT bisa lebih murah dari pembangkit listrik energi fosil.
Di Denmark harga listrik dari PLTB yang terletak di darat mencapai US$ 4 sen per kilo Watt hour (kWh) dan yang terletak di laut sebesar US$ 6 sen per kWh.
"PLTB kalau onshore itu tarifnya di bawah US$ 4 sen per kWh dan yang di tengah laut (offshore) di bawah US$ 6 sen per kWh. Jadi mereka yakin tarif listrik yang dihasilkan EBT bukan hanya kompetisi tarif dengan energi fosil, tapi lebih murah," tutup Jonan.
Tonton Video Pilihan Ini
PLN dan Perusahaan UEA Bangun PLTS Terapung Terbesar di Dunia
Anak Usaha PLN, PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) Masdar resmi menggarap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Cirata, Jawa Barat. PLTS ini merupakan proyek PLTS terapung yang terbesar di dunia dengan kapasitas 200 Mega Watt (MW).
Kedua perusahaan telah melakukan penandatangan perjanjian pengembangan PLTS yang disaksikan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar dan Duta Besar Persatuan Emirat Arab (PEA) untuk Indonesia, Mohamed Abdulla Mohammed Bin Mutleq Alghafl.
Penandatangan ini merupakan tindaklanjut dari MoU antara PT PJB dan Masdar pada 16 Juli 2017 tentang Development of Renewable Large Scale Power Projects in the Republic of Indonesia di Abu Dhabi, PEA.
Arcandra mengaku senang atas dimulainya proyek tersebut. Proyek ini, sambungnya, akan menjadikan PLTS terapung pertama di Indonesia dan diharapkan dapat menghasilkan tarif listik di bawah Biaya Pokok Penyediaan (BPP) setempat.
"Untuk Jawa Barat di bawah US$ 6,5 sen per kilo Watt hour (kWh) karena apabila di atas BPP akan sulit untuk dijalankan,” kata Arcandra di kantornya, Selasa (28/11/2017).
Proyek berupa Floating Photovoltaic Solar Power Plant 200 MW dibangun di waduk Cirata milik PT PJB. Untuk feasibility dan grid interkoneksi study telah selesai di akhir September 2017. Selanjutnya telah diserahkan kepada PT PLN (Persero) serta segera melaksanakan perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA).
“Proyek ini adalah yang terbesar untuk proyek sejenis seluas 200 ha disiapkan di Cirata, dengan business to business yang baik," ungkap President Direktur PT PJB, Iwan Agung Firstantara.
Proyek ini juga mengakselerasi untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan memperkuat kerja sama antara Indonesia dan PEA.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Masdar, Mohammed Al Ramahi mengungkapkan, proyek PLTS terapung di Jawa Barat ini tidak hanya terbesar di Indonesia, juga akan menjadi yang terbesar di dunia.
“Kami tidak hanya membangun PLTS terapung yang terbesar di Indonesia, tapi juga yang terbesar di dunia. Dengan adanya perjanjian kerja sama ini mempermudah jalan agar cepat beroperasi,” tutupnya.
Advertisement