Liputan6.com, Jakarta - AirAsia telah mengoperasikan sejumlah penerbangan dari dan menuju Denpasar, Bali, pasca dibukanya Bandara International I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, kemarin.
Hanya saja, AirAsia memilih untuk terbang pada siang hari. Ini karena abu vulkanik Gunung Agung yang tidak dapat terlihat dalam kegelapan, sehingga pilot tidak dapat mendeteksi adanya pergeseran awan abu di malam hari karena kondisi angin yang tidak dapat diprediksi di daerah tersebut.
"Dalam memutuskan penerbangan mana yang akan dioperasikan, kami mendasarkan pertimbangannya pada arah abu vulkanik dan prakiraan cuaca dari dua vendor internasional terkemuka, serta pemberitahuan dan imbauan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah," kata Director of Flight Operations Grup AirAsia, Adrian Jenkins kepada wartawan, Jumat (1/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Ia menuturkan, hal ini guna memastikan keselamatan para penumpang dan awak kabin AirAsia, serta untuk meminimalkan kemungkinan gangguan layanan, seperti pembatalan penerbangan yang mendadak atau pengalihan pendaratan (divert), yang dapat timbul akibat pergerakan abu vulkanik.
Ia mengatakan, setiap maskapai memiliki dasar pertimbangannya masing-masing dan AirAsia tidak menoleransi ada potensi yang berpeluang untuk dapat mengganggu keselamatan penerbangan.
"Keselamatan tetap menjadi prioritas utama kami, dan kami akan terus merefleksikannya di dalam operasional kami," tambah Jenkins. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Bandara Ngurah Rai Kembali Dibuka
Usai ditutup seiring meletusnya Gunung Agung, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali kembali beroperasi normal mulai Rabu, 29 November 2017 pukul 14.28 Wita.
Hal ini berdasarkan Notice to Airmen (NOTAM) nomor A4298/17 yang diterbitkan Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPI) atau dikenal dengan AirNav Indonesia.
Keputusan ini diambil setelah digelar rapat di kantor EOC Bali pukul 13.00-14.00 Wita, yang dipimpin Kepala Otoritas Bandara Wilayah IV sebagai regulator dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) terkait.
Dalam rapat tersebut, dipaparkan data-data dari BMKG, Sigmet, MWO UPG, paper test di kantor Otban, kantor AP1, kantor BMKG, serta record data Airnav.
"Secara keseluruhan, maka diputuskan Notam Closed Bandara I Gusti Ngurah Rai akan dicabut pada pukul 14.28 Wita (Airport Open). Dengan demikian, penerbangan dari dan ke Bandara I Gusti Ngurah Rai kembali beroperasi normal," ujar Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu Darjono, Rabu 29 November 2017.
Dengan kembali dibukanya Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, maka penerbangan dari dan ke Denpasar Bali sudah dapat dilayani. Meski demikian, pihaknya tetap memonitor dengan ketat seluruh perkembangan yang terjadi terkait aktivitas Gunung Agung.
Dia menyampaikan, AirNav terus melakukan koordinasi intensif dengan BMKG dan PVMBG serta pengamatan Darwin Volcanic Ash Advisory Center (DVAAC). Selain itu, juga dilakukan paper test untuk memantau kondisi di lapangan.
"Adalah tugas kami AirNav Indonesia untuk mengawal keselamatan penerbangan di ruang udara Indonesia. Untuk itu, kami mengupayakan pelayanan maksimal melalui kesiapan fasilitas dan SDM terkait pembukaan kembali Bandara I Gusti Ngurah Rai hari ini," jelas dia.
Selain itu, perusahaan juga membuka crisis center di Jakarta dan di Denpasar untuk terus memonitor seluruh perkembangan 24 jam bersama regulator dan seluruh stakeholder terkait.
"Kami mengimbau masyarakat untuk terus memantau perkembangan informasi karena kami akan menyampaikan seluruh perkembangan yang terjadi kepada publik," ujar Wisnu.
Advertisement