Liputan6.com, Jakarta - Harga jual sejumlah kebutuhan pokok, terutama bahan pangan di Pasar Grogol, terpantau terus merangkak naik. Penyebabnya, intensitas curah hujan sangat tinggi sejak Oktober, serta permintaan yang meningkat jelang Natal dan Tahun Baru.
Salah seorang pedagang sayur, Wagimin (48), mengungkapkan, harga jual cabai keriting merah saat ini Rp 48 ribu per kilogram (kg) atau naik Rp 16 ribu-18 ribu per kg dari harga sebelumnya Rp 30 ribu-32 ribu per kilo. Cabai rawit merah stabil di harga Rp 25 ribu per kg, cabai rawit hijau naik Rp 4 ribu per kg dari Rp 24 ribu menjadi Rp 28 ribu per kg.
Pria asal Semarang itu menambahkan, harga cabai merah besar naik Rp 4 ribu dari Rp 36 ribu menjadi Rp 40 ribu per kg. Adapun, cabai hijau besar dijual Rp 25 ribu-27 ribu per kg atau naik dari harga sebelumnya Rp 24 ribu per kg.
Advertisement
Sementara itu, harga jual bawang merah terkerek naik dari Rp 28 ribu menjadi Rp 32 ribu, bawang putih cutting stabil di harga Rp 32 ribu per kg, bawang putih biasa stabil Rp 26 ribu per kilo, serta tomat dan kentang dibanderol masing-masing Rp 14 ribu dan Rp 16 ribu per kg atau naik dari sebelumnya Rp 12 ribu dan Rp 15 ribu per kilonya.
Baca Juga
"Itu karena faktor cuaca, hujan terus jadi dari petani harganya sudah mahal. Beli di Pasar Induk Kramatjati juga mahal, sehingga harga naik. Padahal pasokannya di Pasar Induk masih banyak, tidak kurang pasokan jadi saya rasa belum ada gangguan distribusi," tutur Wagimin saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (4/12/2017).
Seperti diketahui, Badai Cempaka melanda beberapa daerah, yakni di Kulon Progo, Magelang Pacitan, dan Ponorogo. Badai tropis ini menyebabkan tanah longsor dan banjir yang menimpa rumah warga.
Menurut Wagimin, petani saat ini sudah semakin pintar. Mereka, ucap Wagimin, sudah menggunakan aplikasi ponsel untuk mencari informasi harga dan memiliki posisi tawar yang cukup besar dibanding dulu.
"Petani sekarang sudah pintar-pintar. Punya ponsel buat nyari informasi harga jual. Mau tidak harga segini, kalau tidak mau, barang tidak dikirim. Kalau dulu kan tidak punya ponsel, barang main kirim saja, lalu tengkulak yang menawar mau tidak harga segini karena barang masih banyak. Jadi petani dapat harga rendah," ia menerangkan.
Meski belum ada gangguan distribusi akibat badai, Wagimin mengatakan, ada pasokan bahan pangan yang mulai berkurang. Di antaranya brokoli dari harga jual Rp 16 ribu per kg menjadi Rp 40 ribu per kg atau naik sebesar Rp 24 ribu per kilo.
"Paprika paling parah dari Rp 40 ribu per kg jadi Rp 80 ribu per kg. Itu barangnya kosong, berebutan di Pasar Induk," ujar Wagimin.
Dia memperkirakan harga bahan pangan, seperti cabai, bawang, dan sayur mayur akan terus naik hingga Tahun Baru. Apalagi jika ditambah cuaca ekstrem yang berkepanjangan.
"Ini bisa sampai Tahun Baru malah. Makin mahal kalau begini terus. Bikin pedagang harap-harap cemas," kata Wagimin.
Belum stabil
Di lokasi yang sama, pedagang sembako, Udin (34), mengatakan, harga telur ayam ras masih stabil Rp 24 ribu per kg. Harga tersebut sudah naik sepekan lalu sebesar Rp 20 ribu per kg. Tepung terigu dijual Rp 7.500 per kg, gula pasir stabil Rp 13 ribu per kg.
"Harga sembako masih stabil, belum ada kenaikan signifikan, malah tiga tahun ini cenderung turun. Memang sembako beda dengan harga sayur mayur yang lebih turun naik. Tapi permintaan mulai banyak di Desember buat bikin kue menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru," paparnya.
Sementara itu, untuk harga beras di Pasar Grogol terpantau mengalami kenaikan tipis. Pedagang beras, Santo (65) asal Bangka Belitung mengatakan, harga beras premium naik Rp 500 dari Rp 11.500 menjadi Rp 12 ribu per kg. Dan harga beras IR42 (beras pera) naik Rp 1.000 dari Rp 11 ribu menjadi Rp 12 ribu per kg.
"Kenaikan harga karena pengaruh cuaca dan belum masuk panen. Jadi harga beras naik," ujar Pemilik Toko Beras Padi itu.
Komoditas lain yang terpantau tidak bergerak harganya adalah daging sapi. "Harga daging sapi segar masih Rp 120 ribu per kg. Tidak naik walaupun menjelang Natal karena permintaan tidak signifikan untuk daging sapi," tutur pedagang daging sapi, Iding (40) asal Pandeglang.
Advertisement