Sukses

Transaksi Bitcoin di RI Buat Spekulasi

CEO Bitcoin Indonesia, Oscar Darmawan menuturkan, pihaknya memiliki anggota sekitar 600 ribu

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang virtual bitcoin kembali menuai perhatian. Hal itu mengingat nilai bitcoin terus menanjak hingga capai level US$ 11.000. Lalu bagaimana perkembangan bitcoin di Indonesia?

CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan, bila dilihat secara umum mata uang digital terus berkembang. Tak hanya bitcoin, Oscar menuturkan mata uang digital lainnya, etherum, juga ikut berkembang. Ini mengingat teknologi di belakang mata uang digital terutama bitcoin yaitu blockhain juga berkembang cukup bagus.

Di Indonesia, menurut Oscar, bitcoin juga makin dikenal meski belum signifikan seperti negara lain. Ini didukung dari anak muda Indonesia semakin banyak dan paham teknologi. Kini anggota dari Bitcoin.Indonesia yang ditangani oleh Oscar mencapai sekitar 600 ribu. Oscar menuturkan, sebagian besar anggota Bitcoin Indonesia adalah mahasiswa.

"Indonesia makin berkembang. Anak muda Indonesia banyak dan pintar. Mau terbuka dengan teknologi. Apalagi teknologi blockchain cukup berkembang. Bila paham teknologi, baru mengerti mengapa nilai bitcoin naik," ujar Oscar saat dihubungi Liputan6.com, Senin (4/12/2017).

Lebih lanjut ia menuturkan, transaksi Bitcoin di Indonesia lebih banyak dipakai untuk spekulasi ketimbang alat pembayaran. Oscar menuturkan, para pemegang bitcoin tersebut menyimpan sebagai aset masing-masing dari setiap individu. "Bitcoin di Indonesia dipakai spekulasi dan tidak jadikan sebagai alat pembayaran," kata dia.

Bank Indonesia (BI) menegaskan, bitcoin bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Bahkan Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, pihaknya sebagai otoritas menyatakan, jika bitcoin tak masuk dalam alat pembayaran yang sah.

"Itu bukan alat pembayaran. Kalau mau nanya tentang Bitcoin perlu memahami posisi dari otoritas adalah mengarahkan itu bukan alat pembayaran yang sah," ujar dia

Terkait hal itu, Oscar sependapat dengan BI. "Bank Indonesia menyatakan rupiah sebagai alat pembayaran yang sah. Saya setuju dengan pendapat BI. Transaksi harus dengan rupiah. Bitcoin tidak sebagai alat pembayaran," kata Oscar.

Oscar mengibaratkan bitcoin seperti emas tapi berbentuk digital. Pihaknya pun bukan mengelola bitcoin, tetapi mempertemukan penjual dan pembeli. "Kami ini seperti marketplace yang pertemukan penjual dan pembeli. Kami tangani 15 digital aset," kata Oscar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Pemenang Nobel Ekonomi Ini Angkat Bicar soal Bitcoin

Sebelumnya, lonjakan nilai bitcoin menarik perhatian. Bahkan sejumlah ahli masing-masing mengungkapkan pandangannya mengenai mata uang digital tersebut.

Salah satunya yakni pemenang nobel ekonomi sekaligus ekonom Joseph Stiglitz. Ia berbagi pandangannya mengenai mata uang digital tersebut. Dalam wawancara dengan Bloomberg, Stiglitz bukan seseorang yang menyukai bitcoin.

Ia berpendapat, bitcoin dapat sukses karena ada potensi penguatan secara siklus. Apalagi, bitcoin juga tidak diawasi pemerintah. "Ini seharusnya dilarang karena fungsinya tidak bermanfaat secara sosial," ujar dia seperti dikutip dari laman Fortune, Sabtu 2 Desember 2017.

Bitcoin memang mengalami euforia dalam beberapa pekan terakhir. Pada Rabu 29 November, nilai bitcoin mencapai US$ 11.000. Stiglitz menilai meski pertumbuhan mata uang digital cepat, bitcoin lama-kelamaan akan seperti "gelembung" dan menunggu waktu untuk pecah.

"Ini memberikan waktu kepada orang saat nilai bitcoin naik dan kemudian turun," kata dia.

Ia mencatat kalau lonjakan nilai bitcoin saat ini berasal dari harapan nilainya akan terus naik di masa mendatang. Namun, ketidakpastian itu juga dikombinasikan dengan pemerintah yang dapat menekannya setiap saat. Hal ini juga menunjukkan apa yang dikatakan Stiglitz ada benarnya. Nilai bitcoin turun 20 persen usai memecahkan rekor sepanjang masa.