Liputan6.com, Karawang - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto memastikan masuknya Indonesia ke dalam era revolusi industri ke-4 atau Industry 4.0 tidak akan berdampak pada sektor tenaga kerja.
Airlanga mengungkapkan, revolusi industri ke-4 ditandai dengan peningkatan penggunaan teknologi dalam proses produksi sebuah produk. Namun dirinya memastikan penerapan Industry 4.0 tidak akan menggantikan atau mengurangi peran tenaga kerja manusia.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi industry 4.0, internet of things, tidak menghilangkan tenaga kerja tapi meng-create lapangan kerja," ujar dia di Cikarang, Jawa Barat, Senin (4/12/2017).
Menurut Menperin, masuknya revolusi industri ke-4 ini bahkan bisa mendorong peningkatan kompetensi para pekerja untuk memahami penggunaan teknologi terkini di bidang industri.
“Masyarakat tidak perlu cemas dengan perkembangan Industry 4.0 karena tidak akan mengurangi lapangan pekerjaan,” dia menuturkan.
Airlangga menambahkan, penggunaan komputer dalam sistem produksi juga akan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Selain itu, penggunaan komputer di pabrik akan meningkatkan produktivitas pekerja.
"Karena industrinya berkembang, semakin banyak yang harus bekerja. Sehingga menggantikan yang kemarin mesin lama dan melakukan ekspansi," tandas dia.
Menperin: Insinyur Harus Mampu Baca Revolusi Industri
Para insinyur, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di negara lain, harus mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan industri. Terlebih lagi saat ini di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia akan memasuki revolusi industri keempat atau Industry 4.0.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Organisasi Insinyur se-ASEAN atau Asean Federation Engineering Organization (AFEO) di Bangkok, Thailand.
Menurut dia, tantangan yang dihadapi oleh insinyur saat ini adalah harus memahami perkembangan di dunia saat ini, seperti mulainya era revolusi industri keempat. “Di mana revolusi ini dirasakan di seluruh dunia dan diperbincangkan di antara para insinyur,” ujar dia di Bangkok, Thailand, Minggu (19/11/2017).
Airlangga menjelaskan, Industry 4.0 ini merupakan isu penting, karena lembaga dunia seperti World Economic Forum dan The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) serta negara maju dan berkembang berupaya untuk membuat kebijakan dalam menghadapi jalannya revolusi industri tersebut.
“Kami melihat negara-negara berupaya menyesuaikan sektor manufakturnya. Para insinyur, mulai dari Amerika Serikat, Eropa hingga Asia, serta pendidikan engineering semakin dirasa vital untuk mendukung kemajuan sektor manufaktur,” kata dia.
Berdasarkan pengamatannya, saat ini ASEAN mulai fokus membangun pendidikan dan pelatihan vokasi serta mengembangkan universitas sebagai sebuah pusat unggulan untuk menciptakan inovasi di sektor manufaktur.
Hal tersebut diyakini akan mendorong peningkatan pada daya saing negara dan pertumbuhan perekonomian sehingga mampu membawa dampak kepada kesejahteraan masyarakat.
“Kami meyakini ASEAN pada dekade selanjutnya dapat menjadi wilayah yang memimpin menjadi future of production, dengan basis internet of everything sebagai infrastruktur utamanya,” ungkap dia.
Airlangga optimistis target tersebut bisa terwujud karena ASEAN memiliki potensi yang kuat untuk mencapainya. Hal ini karena ASEAN memiliki keunggulan besar yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi regional yang stabil dan persentasenya lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi dunia.
“ASEAN didukung oleh beberapa faktor enabler lainnya, seperti populasi penduduk usia muda, kelas menengah yang tumbuh, infrastruktur digital yang berkembang, transformasi industri kecil dan menengah ke arah digital, serta konektivitas antarmanusia,” jelas dia.
Advertisement