Sukses

Harga Minyak Turun Terpicu Aksi Ambil Untung

Pekan lalu OPEC kembali sepakat untuk memperpanjang pemotongan pasokan minyak sebesar 1,8 juta bpd sampai akhir tahun depan.

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun lebih dari 1 persen terpicu aksi ambil untung seiring tanda-tanda kenaikan produksi minyak di Amerika Serikat (AS).

Meski demikian, harga minyak tetap mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir, berkat keputusan OPEC dan produsen lainnya untuk memperpanjang pemotongan output, pada pekan lalu.

Melansir laman Reuters, Selasa (5/1/2017), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$ 1,28, atau 2 persen menjadi US$ 62,45 per barel.

Harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate turun 89 sen atau 1,5 persen menjadi US$ 57,47.

Harga minyak Brent mencapai level tertinggi dalam dua tahun US$ 64,65 pada bulan lalu, dan sejak itu menarik investasi saham oleh manajer dana.

Aksi Hedge fund dan money managers ikut mendorong kenaikan harga minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi.

"Jika sapi jantan tidak diberi makan, kita akan mendapat sedikit keuntungan yang menurut saya kita lihat hari ini," kata Tony Headrick, Analis Pasar Energi di CHS Hedging.

Sementara menurut John Kilduff, partner di Again Capital Management di New York, mengatakan pasar minyak bisa sedikit membaik, dengan menarik lebih jauh ke bawah.

"Kami berada dalam situasi di mana mungkin tidak ada lebih banyak amunisi di sisi bullish," kata dia.

Pasar terus mengamati produksi minyak mentah AS, yang mendekati rekor tertinggi, menurut data minggu lalu.

Output minyak AS meningkat pada September menjadi 9,5 juta barel per hari (bpd), output bulanan tertinggi sejak 2015, mengacu data pemerintah.

Secara tahunan, output minyak AS mencapai puncaknya sebesar 9,6 juta bpd pada tahun 1970.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes pada hari Jumat turut melaporkan jika pengebor di Amerika Serikat menambahkan dua rig minyak dalam seminggu sampai 1 Desember, sehingga jumlah totalnya menjadi 749, tertinggi sejak September. 

Jumlah rig AS merupakan indikator awal tentang kondisi output di masa depan, meningkat tajam dari 477 rig pada setahun yang lalu setelah perusahaan energi mengumumkan rencana pengeluaran pada 2017.

Produsen AS tahun ini didorong untuk meningkatkan aktivitas karena harga minyak mentah mulai pulih dari kemerosotan harga, usai Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa produsen non-OPEC, termasuk Rusia, menyetujui pemotongan produksi setahun yang lalu.

Pekan lalu OPEC kembali sepakat untuk memperpanjang pemotongan pasokan minyak sebesar 1,8 juta bpd sampai akhir tahun depan.