Sukses

Ada Erupsi Gunung Agung, Bali Masih Prioritas Pariwisata?

Pemerintah masih memprioritaskan pariwisata di Bali untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun depan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah masih memprioritaskan pariwisata di Bali untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun depan. Meski, kondisi Gunung Agung di Bali belum pasti hingga saat ini.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pihaknya akan mencari cara supaya Bali masih tetap bisa diakses. "Tetap kami fokus Bali, mungkin akan kami pikirkan ke Banyuwangi, dari Banyuwangi lewat darat seandainya bandara tutup. Cari alternatif lain," kata dia di kawasan SCBD Sudirman Jakarta, Kamis (7/12/2017).

Menurut Arief, Bali masih menjadi prioritas mengingat sebagian besar kunjungan wisman ke Bali. Setidaknya, 40 persen wisman mengunjungi Pulau Dewata tersebut. "(Tetap Bali?) Harus, karena Bali 40 persen, jadi fokusnya tetap Bali," sambungnya.

Kementerian Pariwisata akan berupaya membuat Bali tetap hidup. Caranya, dengan mendorong wisatawan domestik. "Domestik mulai bisa, mass domestik kita dorong ke sana agar tetap hidup Bali," tukas dia.

Arief melanjutkan, target wisman untuk 2017 sebanyak 15 juta wisman. Dengan erupsi ini, maka diperkirakan jumlah kunjungan terpangkas 1 juta wisman.

"Tahun ini 15 juta (wisman) mengingat kejadian meletus erupsi Gunung Agung shortage 1 juta, jadi 14 juta atau 95 persen," kata dia.

Dia mengatakan, kunjungan wisman ke Indonesia saat ini 15 ribu per hari dan terus naik. Bahkan, di bulan Agustus sudah mencapai 20 ribu per hari.

Menurut Arief, seharusnya kunjungan di bulan Desember bisa mencapai 25 ribu. "Jadi kalau per hari 15 ribu, tapi mulai Agustus 20 ribu. Desember harusnya 25 ribu per hari karena sebulan itu bisa 750 ribu," ujar dia.

Namun, jumlah kunjungan yang harusnya melesat di akhir tahun diperkirakan tak sesuai harapan. "Sayangnya yang harusnya panen," tambah dia.

Arief menuturkan, kondisi ini berpengaruh juga pada penerimaan devisa dalam negeri. Seharusnya, dengan 15 juta wisman, devisa yang masuk mencapai US$ 18 miliar.

"Devisa gampang hitungnya, satu orang US$ 1.200 kalau seandainya tercapai 15 juta wisman US$ 18 miliar. Tapi sekarang kurang, hanya US$ 13,8 miliar atau hampir US$ 14 miliar," tukas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani terus pantau

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah masih terus memonitor dampak dari letusan Gunung Agung terhadap perekonomian di Bali maupun secara nasional.

Menkeu menyatakan, sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, letusan gunung ini dipastikan akan sangat mempengaruhi sektor pariwisata, bukan hanya di Bali, tetapi juga secara nasional.

"Dampak Bali, kami akan memonitor mengenai dampak ekonomi dan karena Bali pusat pariwisata, kami juga akan melihat dari dampak ekonomi secara lebih luas," ujar dia di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Kamis (30/11/2017).

Sri Mulyani menuturkan, peristiwa seperti ini bukan pertama kali terjadi di Bali. Selain itu, provinsi dengan julukan Pulau Dewata ini juga pernah mengalami masa-masa sulit saat terjadinya ledakan bom dan mengguncang pariwisata di daerah itu.

"Bali tentu pernah mengalami situasi yang tidak baik di masa lalu dan memengaruhi keseluruhan pariwisatanya dan aktivitas gunung berapi juga pernah terjadi di Bali, maka kami akan melihat bagaimana dampak itu akan bisa dimitigasi dan diminimalkan," kata dia.

Namun demikian, Sri Mulyani menyatakan, pemerintah akan membantu sehingga aktivitas pariwisata di provinsi tersebut kembali normal. Nantinya bantuan akibat letusan Gunung Agung yang diberikan akan mengikuti aturan yang berlaku.

"Dalam mendukung, kami akan melakukan berdasarkan peraturan UU, di mana keuangan negara akan mendukung daerah yang mengalami bencana sesuai kriteria yang ada," ujar dia.