Sukses

Harga Terus Naik, Milenial Tetap Yakin Bisa Beli Rumah

Tingkat kepuasan masyarakat terhadap usaha pemerintah dalam menyediakan hunian yang terjangkau tetap di atas rata-rata.

Liputan6.com, Jakarta - Perbandingan antara rata-rata kenaikan upah pekerja dengan rata-rata kenaikan harga properti menimbulkan kecemasan bahwa generasi milenial akan kesulitan memiliki rumah. Survei yang dilakukan Rumah.com menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki optimisme untuk memiliki rumah idaman.

Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2017 menunjukkan tingginya tingkat kepuasan masyarakat terhadap usaha pemerintah dalam menyediakan hunian yang terjangkau. Ini terlihat dari hasil survei di mana 63 persen dari 1.020 responden di Indonesia merasa puas dengan iklim properti yang sedang berlangsung.

Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan menjelaskan, Rumah.com sebagai pemimpin pasar properti online di Indonesia selalu mengambil peran aktif untuk mengetahui kondisi terkini industri properti di Indonesia.

“Selain Rumah.com Property Index yang menunjukkan pergerakan pasar properti dari sisi suplai, survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2017 ini ditujukan untuk mengetahui respon pasar dari sisi permintaan. Dengan demikian, Rumah.com bisa memberikan advokasi yang berkualitas bagi konsumen dalam hal pertimbangan keputusan untuk memiliki rumah atau hunian lainnya,” jelasnya dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (12/12/2017).

Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2017 adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerja sama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1.020 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada bulan Januari – Juni 2017.

Ike melanjutkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap usaha pemerintah dalam menyediakan hunian yang terjangkau bahkan tetap di atas rata-rata, meski melalui sejumlah peristiwa yang diprediksi dapat mempengaruhi kondisi industri properti nasional, seperti situasi politik pasca-Pilkada, maupun peristiwa tahunan seperti Hari Raya Idul Fitri, yang diprediksi mempengaruhi tingkat inflasi.

"Sebanyak 54 persen responden merasa puas dengan upaya pemerintah dalam membuat rumah lebih terjangkau. Ini merupakan peningkatan yang cukup drastis jika dibandingkan survei pada Semester 2 tahun 2016, dimana tingkat kepuasan masyarakat hanya 36 persen. Tingkat kepuasan ini tercermin dalam rencana pembelian properti dalam enam bulan ke depan, dimana sebesar 59 persen dari responden survei berencana membeli properti," jelas Ike.

Dia menambahkan, bagi pengembang properti, hasil survei ini menunjukkan prospek yang positif dalam pasar properti, setidaknya dalam enam bulan ke depan. Lebih spesifik lagi, properti yang menjadi buruan dalam jangka waktu enam hingga dua belas bulan ke depan adalah properti di bawah harga Rp 700 juta.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Kebijakan pemerintah

Optimisme masyarakat terhadap pasar properti ke depan tak lepas dari sejumlah kebijakan yang diluncurkan pemerintah. Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang berpenghasilan maksimal Rp 4 juta, pemerintah meluncurkan program rumah subsidi dengan harga di bawah Rp 200 juta dengan uang muka hanya 1 persen dan bunga cicilan tetap.

"Sementara bagi masyarakat kelas menengah, yang tidak bisa mengambil rumah subsidi namun kesulitan mengikuti persyaratan KPR seperti uang muka minimal 15 persen, mereka bisa mengikuti program kepemilikan rumah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja (BPJS-TK) dengan uang muka 5 persen dan cicilan berdasarkan suku bunga Bank Indonesia ditambah 3 persen," Ike menjelaskan.

Kebijakan Pemerintah dalam infrastruktur juga mempengaruhi optimisme masyarakat terhadap pasar properti nasional. Pembangunan jalan tol dan sarana transportasi umum membuat lokasi-lokasi yang tadinya dianggap tidak ideal menjadi lebih ideal, yang tadinya susah dijangkau menjadi lebih mudah dijangkau.

Lokasi-lokasi ini memiliki harga yang jauh lebih terjangkau jika dibandingkan dengan hunian di pusat kota, memberikan harapan yang lebih besar bagi mereka yang sedang berjuang memiliki rumah idaman.

“Pengembang properti, tentu tidak menutup mata terhadap kemampuan pasar. Karena itu, mereka juga melakukan penyesuaian target pasar dengan memperbesar suplai untuk kalangan menengah. Tak perlu cemas, dengan rajin mencari informasi dan melakukan pertimbangan yang tepat, generasi milenial tetap bisa punya rumah," Ike menegaskan.