Sukses

Tantangan Sektor Properti pada 2018

Industri properti bakal tetap tumbuh pada 2018 meski hadapi sejumlah tantangan, salah satunya kekurangan pasokan rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Industri properti akan tetap tumbuh pada tahun depan. Hal itu sejalan dengan ekonomi nasional yang diperkirakan tumbuh di atas lima persen pada 2018.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Maryono mengatakan, perseroan akan mendorong sektor properti baik dari segi pembiayaan maupun penyediaan rumah.

"Menghadapi 2018, kami tetap konsisten menjadi integrator untuk industri properti di tanah air, tidak hanya dari sisi permintaan dengan pengucuran kredit pemilikan rumah (KPR), namun juga pasokan dengan mengalirkan kredit konstruksi ke pengembang," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (19/12/2017).

Namun, industri properti tak luput dari sejumlah tantangan. Di antaranya, kekurangan pasokan rumah (backlog) hingga 13,38 juta unit karena tingginya kebutuhan rumah, tidak tersedianya lahan yang cukup untuk membangun properti, regulasi pertanahan yang belum terstandarisasi untuk di setiap daerah.

"Selain itu sedikitnya masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR yang masuk kategori bankable, sehingga sulit mengakses pembiayaan KPR," ujar dia.

Dia melanjutkan, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hunian, Program Sejuta Rumah mesti didorong. Sejak digulirkan pada tahun 2015, perseroan telah berkontribusi pada 1,6 juta unit rumah baik dalam bentuk KPR maupun kredit konstruksi perumahan dengan nilai lebih dari Rp 177,24 triliun.

Tahun depan, perseroan juga akan turut serta dalam program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) yang merupakan Program Sejuta Rumah.

"Tahun 2018, kami siap mendukung skema baru yaitu Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) yang baru saja diluncurkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," ujar dia.

Untuk diketahui, BP2BT merupakan bantuan pembiayaan KPR ke golongan MBR. Untuk mengakses skema ini, caranya MBR mesti menabung secara rutin selama enam bulan dan menyiapkan uang muka sebesar lima persen untuk membeli rumah atau properti.

Skema bantuan pembiayaan KPR dengan syarat menabung rutin sebenarnya telah diterapkan BTN lewat produk KPR Mikro.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Pasar Properti di Indonesia Timur Tumbuh Signifikan

Sebelumnya, potensi pasar properti di kawasan Timur Indonesia masih menjanjikan. Karena hal itu PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengajak para pengembang di daerah timur salah satunya di Nusa Tenggara Timur untuk membangun rumah rakyat.

Kepala Ekonom Bank BTN Winang Budoyo mengatakan potensi bisnis di Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi di KTI mencatatkan kenaikan yang lebih tinggi di banding kawasan lainnya. Per kuartal II/2017, ekonomi KTI tercatat tumbuh 3,14 persen atau naik 65 basis poin (bps) quater-on-quarter (qoq) dari 2,49 persen.

Di NTT, lanjut Winang, ekonomi tumbuh sebesar 5,01 persen pada kuartal II/2017 atau sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Winang menjelaskan secara sektoral, real estate baru menyumbang 2,58 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) NTT. Namun, pertumbuhan sektor real estate telah mencapai 5,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II/2017 atau jauh melonjak dari pertumbuhan pada kuartal I/2016 yang hanya sebesar 2,94 persen.

Data dari Bank Indonesia (BI) menyebutkan lonjakan pertumbuhan tersebut disebabkan pembangunan perumahan di Kabupaten Manggarai Barat, Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Kupang dalam rangka program 3.000 unit rumah subsidi pada 2017.

"Momentum pertumbuhan di sektor real estate ini menjadi potensi untuk bisnis perumahan, terutama di NTT. Apalagi saat ini pemerintah sedang gencar membangun infrastruktur terutama jalan yang membuka akses lahan yang lebih besar. Pengembangan sektor properti pun sejalan dengan Program Satu Juta Rumah sehingga pemerintah memberikan berbagai bantuan subsidi pembiayaan agar masyarakat mudah memiliki rumah," jelas Winang di Kupang, Rabu 25 Oktober 2017.

Menurut Winang, adanya berbagai kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus untuk sektor properti pun menjadi peluang bisnis bagi para pengembang. Berbagai stimulus tersebut seperti relaksasi ketentuan loan to value atau financing to value (LTV/FTV) sejak Juni 2015. Pemerintah pun berencana akan kembali memberikan stimulus untuk sektor properti melalui kebijakan LTV/FTV spasial atau berdasarkan wilayah.

“Relaksasi tersebut memiliki efek pengganda yang besar karena sektor properti terkait dengan hampir 170 sektor lainnya."

Sementara itu, sejalan dengan pertumbuhan bisnis properti di NTT, Kantor Cabang Bank BTN di Kupang pun mencatatkan kenaikan positif kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kontruksi. Per September 2017, KPR Bank BTN di Kupang tercatat naik 45,31 persen yoy dari Rp 29,02 miliar di September 2016 menjadi Rp53,06 miliar. Kredit konstruksi Bank BTN di Kupang pun naik 60,49 persen yoy dari Rp65,02 miliar pada kuartal III/2016.