Sukses

Daya Beli Masyarakat Bakal Melaju, Ini Penyebabnya

Pelemahan harga komoditas kerap dianggap menjadi salah satu faktor pelemahan daya beli yang dialami Indonesia saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Melanjuti pembahasan sebelumnya, (Ekspor Melemah Bikin Konsumsi Masyarakat Turun?) bagaimana pertumbuhan ekspor riil memiliki andil dalam pertumbuhan konsumsi masyarakat, minggu ini kita menganalisa lebih dekat untuk periode 2012 hingga saat ini.

Pelemahan harga komoditas kerap dianggap menjadi salah satu faktor pelemahan daya beli yang dialami Indonesia saat ini.

Yang sering menjadi pertanyaan adalah mengapa baru sekarang kita merasa pelemahan daya beli, padahal harga komoditas telah jatuh sejak 2012-2013?

Sebenarnya pertumbuhan konsumsi masyarakat telah melemah beriringan dengan pelemahan harga komoditas. Namun, memang harus diakui bahwa di 2016, intensitas pelemahan semakin terasa.

Salah satu penjelasan mengapa pelemahan daya beli baru benar-benar terasa sekarang, mungkin dapat dijelaskan melalui grafik di bawah ini.

Seperti yang kita ketahui, sangat sulit untuk menurunkan gaya hidup. Sehingga, banyak mereka yang mendapatkan keuntungan dan peningkatan penghasilan di masa-masa sewaktu harga komoditas sedang kuat, mungkin sulit untuk menurunkan gaya hidup mereka seiring penurunan penghasilan.

Dapat kita lihat di bawah bagaimana sejak 2012 sebenarnya pertumbuhan dana pihak ketiga di perbankan kian melemah. Grafik tersebut mengisyaratkan bahwa mungkin banyak dari mereka yang mengalami penurunan penghasilan saat harga komoditas melemah, mencoba menahan gaya hidup mereka dengan mengkonsumsi dana yang telah mereka tabung.

Tentunya, semakin lama, dana tersebut akan semakin berkurang sehingga akhirnya terpaksa menurunkan gaya hidup mereka sewaktu dana tersebut telah habis.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sisi Positif

Namun, di sisi positif, kita melihat bagaimana perbaikan harga komoditas belakangan ini, mungkin telah memperbaiki tingkat penghasilan mereka.

Tentunya dengan pengalaman pahit yang baru terjadi, tidak mungkin mereka langsung mengkonsumsi hasil dari peningkatan penghasilan tersebut.

Cenderung tentunya, dengan kenaikan penghasilan, banyak dari mereka akan mencoba untuk mengembalikan sebagian dari tabungan yang telah dikonsumsi beberapa tahun terakhir.

Tentunya, apabila analisa ini mendekati apa yang terjadi sebetulnya di lapangan, bukan tidak mungkin bahwa di jangka waktu dekat ini, setelah cukup tabungan terkumpul kembali, kita akan melihat pertumbuhan konsumsi hasil akibat dari peningkatan harga komoditas belakangan ini.

 

 

Teddy Oetomo, PhD

Head of Intermediary Business

PT Schroder Investment Management Indonesia