Sukses

Tugas Berat Pasang Lampu Energi Surya di Desa Terpencil

Melistriki wilayah terpencil bukanlah hal yang mudah, karena keterbatasan infrastruktur jalan dan medan yang harus dilalui cukup berat.

Liputan6.com, Buru - Melistriki wilayah terpencil hingga desa pelosok bukanlah hal yang mudah, karena keterbatasan infrastruktur jalan dan medan yang harus dilalui cukup berat.

Teknisi pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTHSE) Arthur Ridwal Syahreza (22) mengungkapkan, untuk mencapai desa-desa yang menjadi sasaran pemasangan LTHSE tidak mudah. Dia bersama tim harus melintasi medan berat.

"Pemasangan LTSHE kebanyakan di wilayah terpencil, medan berat," kata Arthur, saat ditemui di Desa Waengapan, Kecamatan Lolong Guba, Kabupaten Buru, Rabu (20/12/2017).

Arthur mendapat tugas memasang LTHSE di beberapa wilayah di antaranya, Soritatangan Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Pulau Buru Maluku.

Waktu tempuh untuk mencapai desa bervariasi, ada yang hitungan jam hingga berhari-hari. Dia menyebutkan salah satu desa yang memakan waktu lama untuk ditempuh adalah dusun Fatulaut Desa Waengapan Pulau Buru.

Teknisi pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTHSE)  Arthur Ridwal Syahreza (Foto: Liputan6.com/Pebrianto W)

Untuk mencapai desa tersebut membutuhkan dua hari satu malam. Lamanya waktu perjalanan karena menuju desa tersebut tidak bisa ditempuh dengan kendaraan. Dia bersama dengan warga desa harus berjalan kaki menempuh jalan setapak berbukit mengangkut komponen LHTSE.

Lain cerita ketika dia akan melistriki Desa Batu Karang di pulau yang sama, akses menuju desa tersebut memang jauh lebih baik, mobil bisa mengangkut komponen LHTSE sampai desa. Namun medan yang harus di lalui cukup berat, kendaraan yang dipakai pun harus memiliki spesifikasi khusus karena jalan terjal dan harus melintasi dua aliran sungai besar.

"Ke Batu Karang menyeberangi dua sungai arusnya sangat deras. Yang hanya bisa (melewati) mobil dobel gardan, kalau beban tidak cukup berat tidak berani risiko bisa hanyut," ujar Arthur.

Dia tidak hanya bertugas memasang LTHSE, lelaki asal Bogor ini juga mendidik warga desa agar bisa memasang LTSHE sendiri dan merawatnya. Ini dilakukan jika sudah dioperasikan nantinya LTSHE bisa berfungsi dengan baik.

"Saya harus kasih tahu pemasangannya berulang-ulang. Saya ajak memasang," ujar dia.

Teknisi pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTHSE)  Arthur Ridwal Syahreza (Foto: Liputan6.com/Pebrianto W)

Arthur merupakan pekerja PT Adya Winsa Electrical and Power kso Fokus Indolighting, rekanan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pengadaan LTSHE. Menurut dia, mengemban tugas tersebut merupakan bentuk pengabdian terhadap masyarakat di Indonesia yang belum menikmati energi listrik. "Terlepas dari semua ini, saya bersyukur bisa membantu masyarakat bisa menikmati listrik," ujar dia.

LTSHE merupakan fasilitas sementara untuk masyarakat di desa Terdepan,Terpencil dan Terluar (3T) agar bisa menikmati penerangan dari listrik dengan cepat, sambil menunggu pembangunan infrastruktur kelistrikan oleh PT PLN (Persero).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

PLN Tambah Daya Listrik di Pulau Terluar Indonesia

Sebelumnya, PLN siap mengoperasikan mesin pembangkit baru 1.000 kilo Watt di Pulau Sugi Bawah, Kepulauan Riau.

Dengan tambahan pasokan pembangkit listrik bermesin diesel 2 x 500 kW ini maka cadangan daya di Pulau Sugi Bawah meningkat menjadi 90 persen, sehingga PLN siap dukung perekonomian demi peningkatan taraf hidup warga yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan.

General Manager PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau M Irwansyah Putra mengingkapkan saat ini pasokan listrik untuk Pulau Sugi Bawah sebenarnya sudah cukup untuk melayani 2.169 pelanggan.

"Namun tambahan mesin pembangkit baru ini tentunya akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi khususnya di putau-pulau terdepan dan terluar dan ini merupakan komitmen PLN dalam mewujudkan Indonesia terang 2019," kata Irwansyah, seperti ditulis Minggu 10 Desember 2017.

Sebanyak dua unit mesin diesel dengan total kapasitas 1.000 KW yang tiba di Pulau Sugi Bawah pada 18 September 2017 dengan investasi sebesar Rp 6,6 miliar lengkap dengan seluruh sarana pendukungnya.

Irwansyah menambahkan, mesin pembangkit tersebut saat ini telah melalui serangkaian pengujian seperti commisioning test hingga pengujian pembebanan serta diakhiri dengan uji ketahanan. Akhirnya pada 2 Desember 2017 mendapatkan sertifikat layak operasi selanjutnya dinyatakan Commersial of Date (COD).

"Penambahan mesin baru berkekuatan 1.000 kW tentunya akan meningkatkan daya mampu menjadi 1.900 kilo Watt," tambah dia.

Selain itu, Irwansyah menyampaikan apresiasi kepada seluruh warga dan pemerintah daerah atas dukungan dalam pemakaian meter kWh prabayar karena pada saat ini di Pulau Sugi Bawah pelanggan PLN telah 100 persen menggunakan listrik Prabayar.

Keuntungan dari listrik prabayar bagi pelanggan tentunya pelanggan akan bisa mengatur pemakaian listrik sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhanya. Sementara bagi pemerintah daerah bisa meningkatkan pendapatkan daerah dari Pajak Penerangan Jalan karena tidak ada pelanggan yang mengalami tunggakan pembayaran rekening listrik.

"Semoga kerja sama antara pemerintah daerah dengan PLN dapat terus ditingkatkan demi mewujudkan 100 persen prabayar di setiap pulau berlistrik," ungkap Irwansyah. (Yas)