Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah masih terus merampungkan proses negosiasi imbal dagang atau barter pesawat Sukhoi dengan komoditas asal Indonesia. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menargetkan proses perjanjian barter tersebut selesai bulan ini.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan, saat ini proses negosiasi dari perjanjian tersebut masih terus berjalan.
Kementerian Perdagangan masih menunggu finalisasi kontrak kerja sama dalam proses barter ini.‎"Masih berjalan, tapi intinya kan menunggu main contract-nya dulu," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Rabu (20/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Namun menurut Oke, finalisasi negosiasi kontrak ini menjadi kewenangan Kementerian Pertahanan. Sementara, Kemendag hanya menunggu progres dari proses negosiasi tersebut. "Itu tanya di Kementerian Pertahanan," ucap dia.
Sebelumnya Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, proses barter seperti ini tidak bisa berlangsung dalam waktu yang singkat. Sebab, ada ada teknis dan mekanisme barter yang harus dilakukan oleh kedua pihak.
"Ini baru pertama kali, jangan harap satu minggu selesai. Baru minggu lalu ditanya minggu ini selesai. We just started, kita baru mulai, baru mulai counter trade, persoalan teknis banyak," ujar dia.
Enggartiasto mengatakan, untuk menyiapkan pesawat Sukhoidan komoditas akan membutuhkan waktu hingga 2 tahun. Namun, dia berharap proses barter ini bisa berjalan lebih cepat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
https://www.vidio.com/watch/816631-ri-beli-pesawat-pesawat-sukhoi-rusia-melalui-imbal-dagang
Datang 2019
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu mengatakan 11 pesawat Sukhoi SU-35 ini akan datang dua tahun lagi atau 2019. "Setelah tanda tangan, dua tahun baru akan sampai sini," ucap Ryamizard.
Dia menuturkan, ada beberapa keuntungan yang didapat oleh Indonesia terkait pembelian Sukhoi ini. Salah satunya mendapat harga murah.
"Yang kita beli ini US$ 90 juta, bisa dua-duanya. Menembak dan mengebom, lengkap. Saya nawar sudah lama, buka harga US$ 150 juta," cerita Ryamizard.
Selain itu, ucap dia, sistem imbal dagang ini membantu ekspor Indonesia. "Ini juga membantu ekspor keluar, jadi ada nilai tambah," tutur Ryamizard.
Dia juga mengungkapkan, Indonesia diberikan keleluasaan untuk layanan pemeliharaan dan perbaikan atau acap kali disebut MRO. Sebab, pemeliharaan ini bakal dapat dilakukan di Indonesia.
"Ada transfer teknologinya. Jadi tidak usah dibawa lagi ke Rusia, jauh dan mahal. Dengan ada di sini banyak untungnya. Apalagi yang punya Sukhoi di Asia (Tenggara) ada dua yaitu Malaysia dan Vietnam. Mereka setuju dan langsung ke Rostec," ungkap Ryamizard.
Oleh karena itu, agar proyek bernilai US$ 1,14 miliar ini semakin cepat terealisasi, Indonesia akan mengundang Rostec untuk berkunjung ke Tanah Air.
Advertisement