Sukses

Dolar AS Tertekan Angkat Harga Emas

Harga emas dapat menguat didorong sentimen positif dari melemahnya indeks dolar AS dan sentimen DPR AS setujui reformasi pajak.

Liputan6.com, Chicago - Harga emas menguat tipis seiring dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan usai anggota parlemen menyetujui reformasi pajak AS.

Harga emas untuk pengiriman Februari naik US$ 5,4 atau 0,4 persen ke posisi US$ 1.269,60 per ounce. Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat (AS) turun 0,2 persen ke posisi 93.289. Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun naik 2,49 persen.

Harga emas menguat dari posisi terendahnya pada 12 Desember di kisaran US$ 1.241,70. Kenaikan harga emas ditopang dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan sehingga membuat harga emas lebih murah bagi pelaku pasar memegang mata uang selain dolar AS. Adapun harga emas sudah naik lebih dari 10 persen sepanjang 2017.

"Harga emas lebih tinggi dari 7 persen di level intraday di atas US$ 1.360 yang ditetapkan pada awal September. Mengingat pergerakan itu, masih harus dilihat apakah harga emas telah sentuh level terendah," tulis Analis Forex.com Fawad Razaqzada dalam ulasannya seperti dikutip Marketwatch, Kamis (21/12/2017).

Dewan Perwakilan RAS menyetujui rancangan undang-undang (RUU) pajak yang didukung partai republik. Usai persetujuan itu akan dikirimkan kepada Presiden AS Donald Trump untuk meminta tandatangannya. Ini menandai kemenangan pertama di bawah pemerintahan Trump.

Ada reformasi pajak berdampak variasi untuk pergerakan harga komoditas logam. Sejumlah analis menilai, sentimen itu dapat meningkatkan risiko inflasi. Emas pun dapat bertindak sebagai lindung nilai. Akan tetapi, jika UU itu mendorong ekonomi dan memaksa bank sentrak AS untuk memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.

Di sisi lain, sentimen itu pengaruhi pasar saham yang dapat dorong harga emas ke level terendah dalam lima bulan.

"Beberapa ketidakpastian yang mendukung harga emas kemungkinan hilang tahun depan," ujar Carsten Fritsch, Analis Commerzbank.

"Meskipun sukses, bagaimana pun pemerintahan Trump tak akan jauh lebih tenang. Banyak risiko politik yang masih ada," tambah Fritsch.

Selain itu, pergerakan harga logam lainnya seperti harga perak naik 11,7 sen atau 0,7 persen ke posisi US$ 16,27 per ounce. Harga platinum naik 0,8 persen ke posisi US$ 921,50 per ounce.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Kenaikan The Fed Tak Pengaruhi Harga Emas

Mengutip laman Kitco, langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akan agresif terkait suku bunga juga diperkirakan tidak terlalu pengaruhi harga emas.

Chief Market Strategist IG, Chris Weston menuturkan, kenaikan suku bunga the Federal Reserve sebanyak tiga kali bahkan empat kali pada 2018 akan dorong kenaikan volatilitas. Ini dapat membuat investor lindungi aset investasi dengan beli emas.

"Kami melihat inflasi akan meningkat pada 2018. Ini negatif bagi emas. Namun di waktu yang sama pasar akan sadar melihat pengetatan dan kondisi keuangan dengan volatilitas tinggi terutama saat pelaku pasar fokus defisit Amerika Serikat meningkat di bawah reformasi pajak," kata Weston.

"Ini dapat membuat harga emas lebih tinggi jika bank sentral AS buat kebijakan keliru. Jika bank sentral AS lebih agresif naikkan suku bunga yang tentunya tak bagus untuk emas, pelaku pasar akan lindungi aset dengan beli emas," tambah dia,

Namun, jika bank sentral AS tidak membuat keputusan keliru, harga emas akan tertekan.

"Jika suku bunga bank sentral AS naik sebanyak tiga kali hingga empat kali pada 2017, harga emas akan tertekan," kata Weston.

Weston perkirakan, harga emas akan berada di kisaran US$ 1.357-US$ 1.375 pada 2018. Sedangkan level support di kisaran US$ 1.150-US$ 1.100.

"Harga emas sentuh level US$ 1.300 pada November 2017. Harga emas perlu kembali di level itu sehingga dapat berada di kisaran US$ 1.357-US$ 1.375," ujar dia.

Dia menambahkan, pergerakan harga emas itu juga dibayangi dari volatilitas rendah dan pertumbuhan ekonomi global pada kuartal I dan II.

Â