Sukses

Menteri Rini Prediksi 13 BUMN Masih Rugi pada 2017

Menteri BUMN Rini Soemarno mencoba memutar otak untuk mengatasi BUMN yang masih merugi hingga akhir 2017.

Liputan6.com, Samosir - Menteri BUMN Rini Soemarno mencoba memutar otak untuk mengatasi BUMN yang masih merugi hingga akhir 2017. Untuk mencari jalan keluar itu, dirinya mengumpulkan seluruh CEO BUMN di Parapat, Toba Samosir, Sumatera Utara, Kamis (21/12/2017).

Sampai akhir tahun ini setidaknya beberapa BUMN yang masih merugi antara lain PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Kertas Leces (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero).

"Ada beberapa hal yang kita perdalam hari ini, salah satunya mengenai bagaimana menghadapi perusahaan yang merugi. Ada yang merugi sudah dari puluhan tahun, ada yang merugi karena memang operasionalnya sangat jelek," kata Rini di Samosir.

Rini Soemarno mengatakan, kerugian total BUMN mencapai Rp 13 triliun pada 2013. Kemudian pada 2016 kerugian sekitar Rp 5 triliun dan diperkirakan kerugian sekitar Rp 4 triliun pada 2017.

Dari total kerugian tahun ini, Rini Soemarno menuturkan, BUMN yang paling besar kerugiannya adalah Garuda Indonesia dan Krakatau Steel. Kerugian masing-masing BUMN di atas Rp 1 triliun.

Dua BUMN itu menjadi paling banyak merugi karena Garuda Indonesia tengah menghadapi persoalan persaingan bisnis. Untuk itu, Rini meminta efisiensi harus terus dilakukan Garuda Indonesia. Sementara untuk Krakatau Steel, kerugian lebih banyak disebabkan adanya dumping baja dari China.

"Tahun ini mungkin masih ada 12-13 BUMN (merugi). Dan nanti 2018 kita targetkan tidak ada lagi BUMN yang rugi," tutur dia. (Yas)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

24 BUMN Masih Rugi, Kementerian Akan Evaluasi Kinerja Direksi

Sebelumnya, Kementerian BUMN menegaskan sampai saat ini masih ada 24 BUMN yang merugi. Namun begitu, ditargetkan sampai akhir tahun BUMN yang merugi tersebut hanya tersisa satu, yaitu PT Merpati Nusantara Airlines (Persero).

Sekretaris Kementerian BUMN Imam A Putro mengungkapkan, pihaknya melalui kedeputian teknis masing-masing tengah melakukan berbagai upaya demi mewujudkan target yang sudah ditetapkan Menteri BUMN Rini Soemarno.

"Bu Menteri mengingatkan entah yang ke berapa kali supaya akhir 2017 tidak boleh ada atau seminimal mungkin yang masih mengalami kerugian," tegas Imam di Kementerian BUMN, Selasa, 12 September 2017.

Imam juga menyampaikan keinginan Rini, di mana jika ingin keluar dari kerugian harus kerja ekstra hingga akhir tahun ini. "Kalau tidak mau diajak cepat atau kalau mau jalannya kayak kura-kura ya minggir saja," ucap dia.

Sementara di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro menambahkan, dari 24 BUMN yang mengalami kerugian tersebut, tidak semuanya dalam kondisi "kritis" dan harus dilakukan restrukturisasi.

Dalam evaluasi manajemen BUMN, Aloy lebih memilah sesuai kasus di masing-masing BUMN yang mengalami kerugian. Dianggapnya, BUMN yang tahun lalu untung tapi tahun ini merugi, itu hal yang biasa dan perlu pendalaman penyebabnya saja dan kemudian melakukan perbaikan.

Berbeda cerita dengan BUMN yang beberapa tahun lalu untung, tapi dalam beberapa tahun merugi dan tak kunjung bangkit. "Kalau dia (direksi) tidak performance ya ganti orang," ucap Aloy.

Hingga semester 1 2017, ada 24 BUMN yang masih rugi antara lain:

PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

Perum Bulog

PT Berdikari (Persero)

PT Indofarma (Persero) Tbk

PT Energy Management Indonesia (Persero)

PT Hotel Indonesia Natour (Persero)

PT Pos Indonesia (Persero)

Perum PFN

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk

PT Balai Pustaka (Persero)

PT PAL Indonesia (Persero)

PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero)

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

PT Boma Bisma Indra (Persero)

PT INTI (Persero)

PT Dirgantara Indonesia (Persero)

PT Amarta Karya (Persero)

PT PDI Pulau Batam (Persero)

Perum Damri

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

PT Danareksa (Persero)

PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero)

PT Iglas (Persero)

PT Istaka Karya (Persero)