Liputan6.com, Jakarta Institut Teknologi Bandung (ITB) kini memiliki gedung laboratorium yang dilengkapi dengan sel pengolah sinar matahari (solar cell atau photovoltaic cell). Dengan sistem ini, pasokan listrik untuk seluruh pencahayaan gedung dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya.Â
Laboratorium Teknologi XIV ITB The Freeport Indonesia Business Research Center’ ini merupakan hasil kerja sama ITB dan PT Freeport Indonesia. Gedung ini terletak di Jalan Ganesha No 10, Bandung.
Advertisement
Baca Juga
Rektor Insitut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi mengatakan gedung yang didesain secara modern dan dilengkapi dengan sel pengolah sinar matahari (solar cell) ini akan digunakan berbagai Program Studi di ITB, utamanya Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM).
Gedung ini merupakan perluasan dari Laboratorium Manajemen Energi untuk Program Studi Teknik Fisika. Jumlah energi listrik yang digunakan dipantau melalui monitor di setiap lantai dan kelas.
"Dengan adanya ukuran jumlah listrik yang digunakan, maka gedung ini diharapkan membangun kesadaran penggunaan energi yang terbarukan di mahasiswa. Setelah lulus diharapkan sedikitnya para lulusan membawa kesadaran penghematan listrik ke masyarakat luas, lebih baik lagi bila mereka aktif dalam mengembangkan energi yang terbarukan,"kata dia dalam keterangannya, Jumat (22/12/2017).
Kadarsah menyebut keberadaan gedung ini sejalan dengan tujuan ITB menjadi Entrepreunial University. Salah satu syarat menjadi Entrepreneurial University adalah pihak universitas harus menjalin kerjasama lintas-disiplin dengan para stakeholder.
"Gedung ini merupakan simbol kolaborasi perguruan tinggi dengan berbagai indusutri dan institusi,"Â dia menambahkan.
Â
Â
Â
Â
Â
Kerja sama dengan Industri
Peran PT Freeport Indonesia (PTFI) dalam pembangunan gedung ini terkait struktur bangunan, peralatan utama, serta sebagian besar interior.
Executive Vice President (EVP) Human Resources PTFI Achmad Didi Ardianto mengatakan dengan adanya pusat penelitian bisnis ini di ITB, para akademisi dapat menjawab tantangan utama industri pertambangan.
Lepas dari tantangan di atas, Achmad berharap agar gedung seluas 5.482 meter persegi tersebut bisa memberi manfaat besar tidak hanya bagi ITB, namun juga bagi masyarakat.
Dekan SBM ITB Sudarso Kaderi Wiryono mengatakan bangunan ini merupakan bukti bahwa dunia industri punya perhatian besar terhadap dunia pendidikan. Dengan adanya gedung ini, ITB akan lebih bersemangat dalam meningkatkan riset, pembelajaran, serta pengabdian kepada masyarakat, katanya.
Gedung yang juga disebut sebagai Laboratorium Teknologi XIV Institut Teknologi Bandung - The Freeport Indonesia Business Research Center ini merupakan perluasan dari gedung lama yang diresmikan pada 1954 dan perluasannya pada 1962.
Gedung lama ini semula adalah gedung milik Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Penelitian Masalah Bangunan. Gedung lama berciri arsitektur tropis dengan dibuatnya penahan sinar matahari langsung untuk mencegah panas ruangan yang berlebihan.
Penahan sinar matahari langsung ini juga dibuat di gedung yang baru dengan merancang ulang bentuknya. Para Arsitek ITB melanjutkan upaya para Arsitek pertama Indonesia dalam mengembangkan arsitektur tropis.
Advertisement