Sukses

China Belum Cabut Travel Warning, Hotel di Bali Sepi

Terjadi penurunan tingkat hunian atau okupansi hotel di Bali saat libur Natal dan Tahun Baru menjadi 75 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memperkirakan terjadi penurunan tingkat hunian atau okupansi hotel di Bali saat libur Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 menjadi 75 persen. Penyebabnya karena China belum mencabut peringatan kewaspadaan atau travel warning bagi warganya ke Indonesia, khususnya Bali.

Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengungkapkan okupansi di Bali rata-rata mencapai 60-65 persen hingga 20 Desember 2017. Dia mengaku bahwa tingkat hunian hotel di Bali belum maksimal sampai hari ini.

"Mudah-mudahan untuk libur Natal dan Tahun Baru tahun ini bisa naik lagi rata-rata ke 75 persen. Itu saja lebih rendah dari okupansi di periode yang sama 2016 yang okupansinya mencapai 85 persen," kata Tjokorda saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu (24/12/2017).

Menurutnya, sangat sulit untuk mengejar tingkat hunian hotel sama seperti tahun lalu 85 persen. Alasannya, Tjokorda menyebut, karena China masih memberlakukan travel warning kunjungan ke Bali.

"China masih menerapkan travel warning sehingga kita kehilangan potensi kunjungan 4.000 turis dari China. Jadi itulah yang menyebabkan okupansi kami tidak bisa di atas 80 persen," paparnya.

Pemerintah China, lebih jauh dijelaskan Tjokorda, hanya akan mencabut travel warning tersebut apabila status darurat Gunung Agung sudah dicabut. "Karakteristik warga China sangat taat terhadap aturan yang dibuat pemerintahnya," ucap dia.

Tjkorda berujar, selain China, penerbangan dari Jepang pun belum berani mendarat ke Bali. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari Jepang ke Bali sekitar ribuan orang, namun angkanya lebih rendah dari turis asal China.

Untuk diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan dari jumlah 11,52 juta kunjungan turis ke Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2017, turis asal China mendominasi di peringkat pertama sebanyak 1,43 juta dan Jepang di urutan kelima sebanyak 468,11 ribu kunjungan.

"Kalau wisatawan domestik sudah banyak lagi kunjungannya ke Bali. Termasuk turis dari negara lain walaupun ada travel advisor, namun wilayah yang dilarang kan berjarak 8 km, jadi tidak masalah," terangnya.

Beruntung kata Tjokorda, pemerintah telah menetapkan status Bali aman, kecuali area 8-10 km dari pusat Gunung Agung. Dengan perubahan status tersebut, sambungnya, jumlah kunjungan wisatawan langsung mengalami kenaikan.

"Mudah-mudahan rata-rata okupansi bisa naik ke 80 persen karena kami hanya bisa bertahan sampai 4 Januari 2018. Tahun ini (Desember) kan tidak dapat turis China, jadi diperkirakan setelah 4 Januari okupansi turun lagi karena tahun lalu turis asal China sekalian merayakan imlek di Februari," jelasnya.

Kondisi tersebut, dia bilang, mempengaruhi target jumlah kunjungan turis ke Bali. Prediksinya hanya mampu terealisasi 5,2 juta-5,3 juta wisman ke Bali pada tahun ini dari target keseluruhan 5,6 juta orang. Namun proyeksi tersebut lebih tinggi dibanding capaian jumlah kunjungan wisman ke Bali yang sebanyak 5 juta orang atau melebihi target 4,6 juta turis di 2016.

"Tahun lalu saja tidak ada erupsi, rata-rata kunjungan wisman ke Bali di Desember 13.500 turis. Tapi sampai 20 Desember ini, baru 12.500 orang. Jadi dari target 2017 sebanyak 5,6 juta, sepertinya hanya tercapai 5,2-5,3 juta turis," pungkas Tjokorda.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Bali Aman

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menyatakan status Bali secara umum aman. Status awas hanya di radius 8-10 kilometer (km) dari kawah Gunung Agung, yang jaraknya sekitar 60 km dari pusat Kota Bali.

Ignasius Jonan mengatakan, persepsi status awas untuk keseluruhan Bali harus diluruskan, karena hanya berlaku untuk sebagian kecil dari Bali, yaitu beradius 8 km sampai 10 km.

"Status awas ini hanya berlaku pada radius 8 hingga 10 km dari kawah Gunung Agung," kata Jonan, di Jakarta, Sabtu (23/12/2017).

Jonan menegaskan, masyarakat dan wisatawan yang akan mengunjungi Bali tidak perlu khawatir, selama berada di luar radius 8 hingga 10 km dari kawah Gunung Agung karena sangat aman.

"Masyarakat atau wisatawan yang mengadakan kegiatan di Pulau Bali tidak perlu khawatir kalau di luar radius itu karena kondisinya aman saja," tutur Jonan.

Badan Geologi, Kementerian ESDM akan terus melakukan pemantauan, terkait aktivitas vulkanik Gunung Agung di Bali dan akan menetapkan status sesuai dengan data informasi yang terekam dari peralatan yang ada.

"Badan Geologi konsisten terkait status Gunung Agung sesuai dengan yang terekam oleh alat-alat yang digunakan, begitu pula dengan batas radius aman yang ditetapkan akan menyesuaikan dengan status Gunung Agung itu sendiri," tambah Jonan.

Â