Sukses

Ingin Sukses Secara Keuangan sejak Muda? Simak Trik Investasi Ini

Menyisihkan gaji untuk investasi ini juga artinya sudah membayar diri sendiri terlebih dahulu sebelum membayar orang lain.

Liputan6.com, Jakarta - Generasi milenial kadang identik dengan gaya hidup konsumtif. Padahal gaya hidup konsumtif tersebut dapat berdampak kurang baik untuk keuangan terutama untuk keuangan pribadi.

Institusional Marketing PT Bahana TCW Investment Management, Kevin Sitompul menuturkan, gaya hidup berlebihan seseorang dapat dihantui oleh gelombang materialisme.

"Dari hal kecil saja seperti makan, kita lebih suka makan di luar rumah daripada masak sendiri. Bahkan terkadang sebelum gajian uang kita sudah habis. Kemudian bergantung pada kartu kredit hingga gajian selanjutnya," ujar dia seperti dikutip dalam Catatan Akhir Tahun 2017 PT Bahana TCW Invesment Management, Minggu (24/12/2017).

Akhirnya, kebiasaan menabung tak terpikirkan lagi. Padahal seseorang masih akan hidup jauh ke depan dengan berbagai peristiwa mulai menikah, beli rumah, pendidikan anak dan lainnya. Hal itu memerlukan persiapan keuangan.

"Bila tidak memiliki persiapan secara garis besar gambaran hidup kita akan kerja, gajian, belanja, dan seterusnya," ujar Kevin.

Padahal dari usia muda, menurut Kevin, seseorang dapat meraih kesuksesan dengan punya aset. Lalu bagaimana caranya memiliki aset? Kevin mengatakan, salah satunya dengan investasi.

Dana investasi itu bisa berasal dari gaji bulanan yang didapatkan. Menyisihkan gaji untuk investasi ini juga artinya sudah membayar diri sendiri terlebih dahulu sebelum membayar orang lain. Dengan investasi sejak dini juga untuk menyiapkan masa depan sehingga tidak membebani keuangan.

"Mengapa perlu membayar diri kita sendiri? Saat ini kita cenderung membayar orang lain terlebih dahulu. Setelah gajian, kita membayar uang sewa rumah, belanja dan bersenang-senang. Semua pembayaran yang kita lakukan itu memperkaya orang lain bukan perkaya diri kita," tegas Kevin.

"Dengan menyisihkan terlebih dahulu uang untuk diri kita sendiri dan lalu kita investasikan, berarti sudah mulai memperkaya diri sendiri," tambah dia.

Lalu berapa jumlah dana yang sebaiknya disisihkan untuk membayar diri sendiri? Kevin mengatakan, sebenarnya tidak ada angka pasti karena setiap kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Namun sesuaikan jumlah dengan kebutuhan masing-masing.

"Yang penting dilakukan membangun kepribadian yang peduli dengan diri sendiri di masa depan. Apalagi bila kita berumur panjang tentunya harus diantisipasi sejak sekarang agar tidak menyusahkan orang lain di sekitar kita," ujar dia.

Selain itu, Kevin juga mengingatkan agar tidak menaruh dana investasi dalam satu aset. Perencanaan investasi juga bukan hanya dilakukan sekali. Namun instrumen investasi harus berubah ketika kebutuhan seseorang berubah.

"Dalam kata lain, kita harus mendiversifikasi instrumen investasi apalagi bertambahnya umur," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Instrumen Investasi Sesuai Tahapan Usia

Adapun bentuk investasi berdasarkan usia antara lain:

1. Usia 20-30 tahun permulaan

Investasi agresif, jangka panjang, dan investasi pada growing aset. Komposisinya 80-90 persen di saham, 5 persen-15 persen di obligasi dan 5-10 persen di pasar uang.

2. Usia 30-50 tahun membangun kekayaan

Investasi 10 tahun atau lebih sebelum pensiun, investasi jangka panjang, membangun dan mengamankan kekayaan, tidak terlalu membutuhkan pendapatan dari investasi.

Komposisinya saham 60-80 persen, obligasi 15-25 persen, dan pasar uang 5-10 persen.

3. Usia 50-65 tahun pra pensiun

Investasinya kurang dari 10 tahun menuju pensiun, pada umumnya memiliki pendapatan yang tinggi dengan tanggung jawab keuangan yang mulai berkurang, masih berani untuk mengambil risiko tetapi tidak terlalu fluktuatif.

Komposisi investasinya saham 45-60 persen, obligasi 20-40 persen, dan pasar uang 5-10 persen.

4. Usia 65 tahun

Masa menikmati masa pensiun, menjaga kekayaan dan distribusi untuk keamanan dana tunai, memilih investasi yang tidak berisiko. Komposisi investasinya saham 25 persen-45 persen, obligasi 50 persen-70 persen, pasar uang 10 persen-15 persen.