Liputan6.com, Jakarta - Konsumsi Elpiji bersubsidi 3 kilogram (kg) akan meningkat 5 persen pada 2018. Penyebab kenaikan konsumsi ini salah satunya karena ada program konversi energi untuk para nelayan.
Senior Vice President (SPV) Non Fuel Marketing PT Pertamina (Persero) Basuki Trikora Putra mengatakan, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, pemerintah menetapkan bahwa kuota Elpiji 3 kg mencapai 6,450 juta metrik ton (mt). Angka tersebut dengan mempertimbangkan kenaikan konsumsi sebesar 5 persen.
"Subsidi yang diberikan untuk tahun depan mencapai 6,450 juta metrik ton. Angka itu tumbuh kurang lebih 5 persen," kata Basuki, seperti dikutip di Jakarta, Rabu (27/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dalam kajiannnya, konsumsi Elpiji 3 kg naik sebesar 5 persen pada 2018 karena beberapa hal. Pertama adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, sehingga membuat konsumsi Elpiji juga naik.
Penyebab kedua adalah adanya program konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada kapal nelayan ke Elpiji 3 kg. Semula kapal nelayan menggunakan Solar sebagai sumber energi. Pemerintah kemudian menetapkan program konversi dengan menggantikan dengan Elpiji dengan memberikan alat konventer.
"Kalau ekonomi naik konsumsi Elpiji pasti naik. Selain itu, pemerintah melakukan konversi BBM untuk kapal nelayan 5 GT. Itu kan dikonversi juga ke Elpiji. Itu kan artinya tetap ada pertumbuhan," ucap Basuki.
Untuk konsumsi Elpiji nonsubsidi hanya sekitar 800 ribu ton. Dengan begitu, total konsumsi Elpiji bersubsidi dan nonsubsidi mencapai 7,5 juta mt. Sebanyak 70 persen pasokan Elpiji tersebut berasal dari impor, sedangkan sisanya 30 persen berasal dari fasilitas pengolahan dalam negeri.
"Total kita impor 70 persen. Dari domestik, baik dari kilang maupun kilang swasta itu total 30 persen. Semua enggak dari Aramco (Arab Saudi), tapi semua impor semua dari Timur Tengah," ucap Basuki.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Elpiji 3 kg Nonsubsidi
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) akan meluncurkan Elpiji nonsubsidi dengan ukuran 3 kilogram (kg) pada Maret 2017. Tabung tersebut akan diberi label Bright Gas dan akan menjadi alternatif masyarakat mampu dalam mengkonsumsi Elpiji.
"Kami akan launching Bright Gas 3 kg Maret 2018," kata Direktur Pemasaran Pertamina, Muchamad Iskandar, saat konferensi pers di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Elpiji nonsubsidi 3 kg ini bisa menjadi alternatif masyarakat. "Masyarakat supaya lebih mudah. Kan, kalau beli Bright Gas ukuran 5,5 kg, harus beli tabung baru dulu," ujarnya.
Namun demikian, Iskandar belum membocorkan harga Bright Gas nonsubsidi 3 kg. Akan tetapi, jika dihitung rata-rata harga produk Elpiji nonsubsidi Pertamina, dibanderol Rp 11 ribu per kg. Dengan asumsi rata-rata harga tersebut, maka harga Bright Gas 3 kg sekitar Rp 33 ribu per tabung.
"Ya pasti harganya relatif sama per kilo. Itu akan sama dengan (Elpiji) 5,5 kg non-PSO yang lain. Selisihnya kurang lebih Rp 6 ribuan per kg," tuturnya.
SVP Non Fuel Marketing Pertamina, Basuki Trikora Putra, menyebutkan harga Elpiji subsidi 3 kg sesuai Harga Eceran Tertinggi di pangkalan, yakni Rp 16 ribu per tabung. Sedangkan Bright Gas ukuran 5,5 kg dibanderol Rp 65 ribu per kg.
"Jadi rata-rata harga Elpiji subsidi sebesar Rp 5 ribu per kg, sedangkan nonsubsidi Rp 11 ribu per kg. Ada perbedaan harga antara Elpiji 3 kg dan non-PSO sebesar Rp 6.200 per kg selisihnya," ucap Basuki.
Advertisement