Liputan6.com, Surabaya PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Cirata, Jawa Barat, akan beroperasi bertahap mulai kuartal I 2019. Pembangkit dengan kapasitas 200 megawatt (MW) ini bakal jadi PLTS terapung terbesar di dunia.
"Pada tahap awal akan beroperasi 50 MW pada kuartal I 2019," kata Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara, saat ditemui di Surabaya, Kamis (28/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dalam proyek ini, anak usaha PT PLN (Persero) tersebut menggandeng perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) Masdar. Kedua perusahaan telah melakukan penandatanganan perjanjian pengembangan PLTS pada akhir November lalu. Nilai investasi proyek ini mencapai US$ 180 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun.
Iwan menjelaskan pembangunan PLTS ini merupakan dukungan perseroan untuk mencapai target penggunaan energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025. Saat beroperasi, kehadiran pembangkit ini nantinya akan melengkapi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Cirata.
"Jadi siang hari listrik 200 MW bisa disuplai dari PLTS, cadangan air bisa ditahan. Kemudian malam hari PLTA bisa produksi listrik. Jadi ini kombinasi yang ideal," tuturnya.
Tak hanya pembangkit berbahan bakar surya, anak usaha PLN ini juga bakal membangun PLTA Batang Toru dengan kapasitas 110 megawatt (MW). Proyek yang masuk dalam proyek 35 ribu megawatt (MW) ini bakal beroperasi 5-6 tahun ke depan.
"Ini sudah financial closing dan pembebasan lahan," ucapnya.
Khusus untuk pembangkit EBT, saat ini PJB telah mengoperasikan pembangkit berbahan bakar air, yaitu PLTA Cirata dengan kapasitas 1.000 MW dan PLTA Brantas 250 MW. Selain ramah lingkungan, kelebihan pemakaian EBT adalah energi tersebut dapat diperbarui, sehingga dapat berkelanjutan dan tak akan habis.
Tonton Video Pilihan Ini:
Terbesar di Dunia
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar sebelumnya menyatakan proyek PLTS ini akan menjadikan PLTS terapung pertama di Indonesia dan diharapkan dapat menghasilkan tarif listrik di bawah Biaya Pokok Penyediaan (BPP) setempat.
"Untuk Jawa Barat di bawah US$ 6,5 sen per kilo Watt hour (kWh) karena apabila di atas BPP akan sulit untuk dijalankan,” kata Arcandra di Jakarta, Selasa, 28 November 2017.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Masdar, Mohammed Al Ramahi mengungkapkan, proyek PLTS terapung di Jawa Barat ini tidak hanya terbesar di Indonesia, tetapi juga akan menjadi yang terbesar di dunia.
“Kami tidak hanya membangun PLTS terapung yang terbesar di Indonesia, tapi juga yang terbesar di dunia. Dengan adanya perjanjian kerja sama ini mempermudah jalan agar cepat beroperasi,” kata dia.
Advertisement