Sukses

Tak ingin Tergusur, Pengusaha Harus Masuk Ekonomi Digital

Perkembangan ekonomi digital dan transformasi kegiatan perdagangan ini seperti perubahan kapal layar ke kapal mesin uap.

Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menyatakan, perkembangan ekonomi digital akan semakin masif ke depan. Hal ini harus secepatnya diantisipasi oleh para pelaku usaha di Indonesia jika tak mau tergerus oleh laju perkembangan ekonomi digital tersebut.

Rhenald menggambarkan perkembangan ekonomi digital dan transformasi kegiatan perdagangan ini seperti perubahan kapal layar ke kapal mesin uap yang terjadi mulai 1813.

Kemunculan teknologi baru dengan adanya mesin uap membuat kapal-kapal konvensional yang menggunakan layar semakin ditinggalkan dan secara perlahan mulai mati.

"Kapal-kapal layar itu hilang sejalan dengan munculnya mesin uap. Bagi kaum muda saat itu, mesin uap adalah opportunity untuk mengganti pemain-pemain lama yang enggan berubah. Namun bagi pengusaha lama, mesin uap adalah bahaya. Maka yang terjadi, mereka memang mengambil jalan transformasi, tetapi separuh hati," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (29/12/2017).

Menurut Rhenald, cerita soal kapal-kapal layar yang dipasangi mesin-mesin uap ini tengah kita hadapi dalam perekonomian Indonesia. Khususnya ketika Indonesia tengah memasuki perdagangan digital yang sangat disruptif. ‎

Dia mengungkapkan, saat ini perusahaan-perusahaan berlomba membeli teknologi dan menguasainya, tetapi bentuk kapalnya tetap sama. Demikian pula leadership, business capabilities, customer engagement, mindset pegawai dan corporate culture-nya.‎

"Semua masih hidup di atas kapal layar, yang kini diberi mesin uap yaitu teknologi.‎ Perusahaan-perusahaan demikian seperti tengah berkelahi melawan fakta-fakta baru bahwa bisnis mereka tengah berada dalam ancaman kematian," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Tegang Hadapi Perubahan

Sedangkan pada 2018, Rhenald memperkirakan akan bertambah banyak perusahaan-perusahaan besar lama, lintas kategori, yang akan semakin tegang memandang perubahan ini dan menyalahkan keadaan.

Mulai dari sektor keuangan, industri pengolahan, perdagangan dan retail, media, transportasi, farmasi, hospital, otomotif, dan masih banyak lagi yang akan memasuki masa-masa yang sulit.

"Saya tentu tak bermaksud menakut-nakuti, melainkan menuntut perhatian agar eksekutif lebih berani mengambil langkah-langkah yang lebih mendasar. Ibarat kapal layar yang telah memberi kesempatan ekonomi yang besar di masa lalu, maka kehadiran mesin uap di awal abad 18 perlu disambut dengan kapal yang benar-benar baru, baik bentuk, dimensi, dan cara-cara kerja baru. Demikian pula kehadiran teknologi digital di abad 21, tak dapat dihadapi semata-mata dengan menambah kapabilitas teknis," tandas dia.