Liputan6.com, Jakarta Di hari terakhir cuci gudang, Debenhams Senayan City di serbu masyarakat. Bahkan sejumlah etalase di ritel fesyen tersebut sudah terlihat kosong. Antrean pun tampak mengular di konter pembayaran.
Dari pantauan Liputan6.com, Minggu (31/12/2017), diskon yang ditawarkan Debenhams beragam, mulai dari 50 persen untuk tas merk, 60 persen+20 persen untuk kemeja, 30 persen-60 persen kosmetik, 50 persen untuk sepatu dan lain-lain.
Advertisement
Baca Juga
"Diskonnya bermacam-macam, tiap item beda-beda," ujar salah satu pramuniaga yang enggan disebutkan namanya.
Salah satu pengunjung, Seno (29) mengungkapkan, diskon yang diberikan Debenhams cukup menarik. Sebagai contoh, dirinya membeli kemeja dengan harga Rp 150 ribu. Padahal jika tidak diskon, harga kemeja tersebut sekitar Rp 499 ribu.
"Diskonnya lumayan besar, ini saya dapat kemeja cuma Rp 150 ribu. Tapi saya sudah pilihannya terbatas karena sudah banyak habis barangnya," kata dia.
Hal yang sama juga diungkapkan Indah (42). Menurut dia, sebulan lalu harga pakaian yang ingin dia beli di Debenhams Rp 700 ribu. Namun sekarang hanya dibanderol Rp 250 ribu.
"Murah sekali. Saya sampai capek muter-muter karena banyak yang murah. Kalau tidak berhenti bisa ludes tabungan," tandas dia.
Terimbas Belanja Online
Rencana penutupan gerai ritel Debenhams pada akhir 2017 kembali menuai perhatian. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) selaku pengelola menyebut, salah satu penyebab tutupnya gerai ritelnya terkait keberadaan toko online.
"Di seluruh dunia, tren berbelanja generasi milenial telah beralih dari department store. Mereka lebih memilih untuk berbelanja di gerai specialty store. Hal ini juga terjadi di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia," ujar Head of Corporate Communication MAP, Fetty Kwartati, dalam keterangannya, Kamis (26/10/2017).
Pola perubahan tren belanja ini, menurut dia, tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi global secara keseluruhan. "Keputusan untuk menutup gerai-gerai tersebut diambil setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel secara global," kata dia
Hal lain, dikatakan Fetty, seiring langkah perseroan melakukan upaya restrukturisasi. Saat ini MAP tengah melakukan konsolidasi bisnis department store. Perusahaan akan fokus pada gerai ritel lain miliknya, seperti SOGO, SEIBU, dan Galeries Lafayette.
Sejalan dengan tren pasar saat ini, MAP juga akan terus berinvestasi pada bisnis active, fashion dan food and beverage. Indonesia juga melihat pertumbuhan signifikan industri e-commerce yang berdampak pada offline store.
Menanggapi transisi digital ini, dia mengungkapkan, MAP telah meluncurkan gerai online MAPEMALL. Perusahaan akan secara intens berupaya mengembangkan bisnis O2O sebagai bagian dari visi perusahaan untuk menjadi peritel omni channel terdepan di Asia.
“Selain itu, hal yang lebih penting adalah terlihatnya perkembangan positif dari berbagai inisiatif perusahaan. Hasil kinerja yang positif untuk semester pertama 2017 telah diikuti dengan kinerja keuangan yang kuat di kuartal ketiga, ditandai oleh pertumbuhan penjualan yang signifikan. Kami percaya inisiatif strategis ini akan menunjang pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang dan meningkatnya nilai pemegang saham," kata dia.
Hingga September 2017, MAP mengoperasikan 1.916 gerai ritel di 69 kota di Indonesia.Â
Advertisement