Liputan6.com, Jakarta - Gerai Debenhams di Senayan City, Jakarta, resmi tutup per 1 Januari 2018. Penutupan gerai tersebut merupakan yang k‎etiga setelah sebelumnya Debenhams juga menutup gerainya di Kemang dan Karawaci.
Dengan penutupan ini, bagaimana nasib para karyawan Debenhams?
Dwi, salah satu pramuniaga di ritel fesyen tersebut, mengatakan sebagian pekerja merupakan karyawan kontrak. Penutupan gerai tersebut berbarengan dengan habisnya masa kontrak.
Advertisement
"Kalau seperti saya kebetulan sudah habis kontrak," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Senin (1/1/2018).
Baca Juga
Sementara itu, menurut salah satu karyawan yang enggan disebut namanya, sebenarnya rencana penutupan gerai ini sudah diberitahukan kepada para karyawan.
Sebab, sebelum menutup gerai di Senayan City, Debenhams juga telah menutup gerainya di Kemang Village dan Supermall Karawaci.
"Sudah disosialisasikan sebelumnya. Jadi mulai Oktober-November sudah ada yang habis kontrak‎. Ini yang terakhir, karena yang di Kemang dan Karawaci sudah tutup duluan," ucap dia.
Dia mengungkapkan, ada karyawan yang dialihkan ke gerai lain di bawah naungan PT Mitra Adiperkasa Tbk. Namun, ada juga karyawan, khususnya dengan sistem kontrak berhenti bekerja.
"Sebagian ada yang dialihkan, sebagian habis kontrak. Kalau yang seperti SPG (Sales Promotion Girl) dikembalikan ke perusahaannya masing-masing," kata dia.
Namun, ungkap dia, segala kewajiban yang harus dibayarkan kepada karyawan berupa gaji dan pesangon tidak ada masalah. Semuanya sudah diselesaikan antara perusahaan dengan karyawan yang bersangkutan.
"Pesangon dan gaji enggak ada masalah, karena sudah diberitahukan sebelumnya, sudah ada persiapan,"Â ucap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Diskon hingga 70 Persen
Pada terakhir cuci gudang, Debenhams Senayan City diserbu masyarakat. Bahkan, sejumlah etalase di ritel fesyen tersebut sudah terlihat kosong. Antrean pun tampak mengular di konter pembayaran.
Dari pantauan Liputan6.com, diskon yang ditawarkan Debenhams beragam, mulai dari 50 persen untuk tas merek, 60 persen+20 persen untuk kemeja, 30 persen-60 persen kosmetik, 50 persen untuk sepatu dan lain-lain.
"Diskonnya bermacam-macam, tiap item beda-beda," ujar salah satu pramuniaga yang enggan disebutkan namanya.
Salah satu pengunjung, Seno (29), mengungkapkan, diskon yang diberikan Debenhams cukup menarik. Sebagai contoh, dirinya membeli kemeja dengan harga Rp 150 ribu. Padahal jika tidak diskon, harga kemeja tersebut sekitar Rp 499 ribu.
"Diskonnya lumayan besar, ini saya dapat kemeja cuma Rp 150 ribu. Tapi saya sudah pilihannya terbatas karena sudah banyak habis barangnya," kata dia.
Â
Advertisement
Tergerus Online
Sebelumnya, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) selaku pengelola Debenhams menyebut, salah satu penyebab tutupnya gerai ritelnya terkait keberadaan toko online.
"Di seluruh dunia, tren berbelanja generasi milenial telah beralih dari department store. Mereka lebih memilih untuk berbelanja di gerai specialty store. Hal ini juga terjadi di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia," ujar Head of Corporate Communication MAP, Fetty Kwartati, dalam keterangannya, Kamis (26/10/2017).
Pola perubahan tren belanja ini, menurut dia, tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi global secara keseluruhan. "Keputusan untuk menutup gerai-gerai tersebut diambil setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel secara global," kata dia
Hal lain, dikatakan Fetty, seiring langkah perseroan melakukan upaya restrukturisasi. Saat ini MAP tengah melakukan konsolidasi bisnis department store. Perusahaan akan fokus pada gerai ritel lain miliknya, seperti SOGO, SEIBU, dan Galeries Lafayette.
Sejalan dengan tren pasar saat ini, MAP juga akan terus berinvestasi pada bisnis active, fashion dan food and beverage. Indonesia juga melihat pertumbuhan signifikan industri e-commerce yang berdampak pada offline store.