Sukses

Sepanjang 2017, Inflasi DKI Jakarta Terkendali

Kenaikan musiman berasal dari kelompok volatile food seiring dengan mulai berkurangnya pasokan bahan pangan akibat datangnya musim hujan.

Liputan6.com, Jakarta - Ditutup dengan inflasi Desember sebesar 0,65 persen (mtm), angka inflasi Jakarta sepanjang 2017 tetap terkendali. Inflasi DKI Jakarta tahun kemarin tercatat sebesar 3,72 persen (yoy), sejalan dengan sasaran inflasi nasional tahun 2017 yang ditetapkan sebesar kurang lebih 4 persen. Terkendalinya inflasi juga tercermin dari angka inflasi tahun 2017 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (4,87 persen yoy).

Beberapa faktor yang mendukung terkendalinya inflasi tahun ini diantaranya adalah terkendalinya ekspektasi inflasi masyarakat, stabilnya nilai tukar, rendahnya tekanan permintaan masyarakat dan semakin solidnya program-program TPID Jakarta dalam menjaga kestabilan harga di Ibukota.

"Berbagai inovasi seperti pemanfaatan BUMD pangan dalam pengendalian harga, penerapan tarif angkutan darat yang terjangkau, menjadi salah satu upaya yang dilakukan dalam menjaga inflasi ibukota," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono dalam keterangannya, Rabu (3/1/2018).

Dari dinamika bulanan, inflasi Jakarta pada Desember 2017 mengalami peningkatan sesuai dengan pola musimannya. Inflasi Jakarta yang tercatat sebesar 0,65 persen (mtm) meningkat tinggi dibanding bulan sebelumnya yang hanya mencapai 0,08 persen (mtm).

Kenaikan musiman ini terutama berasal dari kelompok volatile food seiring dengan mulai berkurangnya pasokan bahan pangan akibat datangnya musim hujan, dan adanya kenaikan administered prices terutama transportasi seiring meningkatnya permintaan.

Namun angka inflasi bulan Desember 2017 masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (1,24 persen mtm) maupun dengan inflasi nasional (0,71 persen mtm).

Doni menjelaskan, inflasi volatile food lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Meningkatnya inflasi volatile food terutama disebabkan oleh naiknya harga daging ayam ras, telur ayam, dan cabai merah, masing-masing sebesar 4,91 persen (mtm), 9,91 persen (mtm) dan 17,34 persen (mtm).

Kenaikan harga daging ayam disebabkan oleh berkurangnya pasokan Day Old Chick (DOC), serta distribusi vaksin ayam yang belum merata.

"Pasokan telur ayam berkurang seiring dengan berkurangnya jumlah produksi telur saat musim hujan," tambah Doni.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Musim Hujan Turut Andil

Musim hujan juga turut berpengaruh terhadap pasokan hortikultura yang masuk ke Ibukota, karena hasil produksi di daerah produsen lebih mudah rusak karena faktor cuaca.

Harga beras juga mengalami kenaikan (0,94 persen mtm), walau masih relatif terbatas, karena tanaman padi di beberapa daerah sentra masih dalam masa tanam, yang berdampak pada terbatasnya pasokan.

Meski demikian, kenaikan harga beras di DKI Jakarta tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan nasional (1,84 persen mtm). Langkah BUMD pangan DKI Jakarta, PT Food Station Tjipinang Jaya, mampu menahan gejolak harga beras di Ibukota melalui tata kelola stok manajemen di Pasar Beras Induk Cipinang, serta operasi pasar beras bersama Bulog.

Inflasi kelompok pengeluaran bahan makanan di Ibukota tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya. Pada Desember 2017 kelompok bahan makanan mencatat inflasi sebesar 2,23 persen (mtm), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (2,09 persen mtm), yand didorong oleh inflasi subkelompok daging dan hasilnya, serta aneka bumbu.

"Namun, langkah BUMD lainnya seperti PD Dharma Jaya dalam mengelola pasokan daging sapi, serta pemanfaatan mesin controlled atmosphere storage oleh PD Pasar Jaya dalam mengendalikan harga hortikultura, menahan gejolak harga pangan lebih lanjut," terang Doni.

Kelompok administered prices juga turut bergerak naik. Subkelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 1,21 persen (mtm). Beberapa komoditas transportasi tercatat mengalami kenaikan, antara lain adalah angkutan udara (9,49 persen mtm) dan kereta api (12,10 perse mtm).

Hal ini terkait libur Natal dan Tahun Baru 2018 yang dimanfaatkan sebagian besar masyarakat untuk melakukan perjalanan (berlibur), sehingga permintaan jasa angkutan meningkat signifikan. Selain itu, kelangkaan gas 3 kg yang terjadi di Ibukota, menyebabkan harga bahan bakar rumah tangga naik sebesar 3,56 persen (mtm), dan turut menyebabkan kenaikan inflasi administered prices.