Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa fundamental perekonomian nasional saat ini dalam kategori sehat dan terjaga dengan baik. Dengan kondisi tersebut, Indonesia akan mampu menghadapi potensi terjadinya krisis 10 tahunan, seperti di periode 1998 dan 2008.
"Tidak, tidak (krisis 10 tahunan). Secara umum kondisi kita (saat ini) dibanding 1998 dan 2008 sudah sama sekali berbeda," tegas Gubernur BI, Agus Martowardojo saat ditemui di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (3/1/2018).
Dia menjelaskan, indikator ekonomi Indonesia, seperti inflasi terkendali. Pada Desember 2017, realisasi inflasi sebesar 0,71 persen, sedangkan inflasi tahun kalender dari Januari-Desember lalu tercatat sebesar 3,61 persen.
Advertisement
"Kita sambut baik realisasi inflasi di Indonesia selama tiga tahun terakhir sesuai target," ujar mantan Menteri Keuangan itu.
Indikator lainnya, ucap Agus, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,7 persen sepanjang 2017. Sementara tahun lalu, terjadi penguatan 2,3 persen.
Nilai tukar rupiah terjaga. Volatilitas (gejolak) rupiah sepanjang 2017 di kisaran 3 persen, sedangkan tahun sebelumnya di kisaran 8 persen. Ia menjelaskan, hal ini menunjukkan bahwa stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan Indonesia terjaga.
Ekonomi Indonesia yang terpoles positif ini, ucap Agus, mendapatkan respons dari Fitch yang mengafirmasi peringkat surat utang Indonesia ke level BBB dengan outlook stabil.
Peringkat RI
Sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional lain, Standard & Poor's, telah menaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi (investment grade), sehingga melengkapi peringkat serupa yang sudah diberikan Fitch dan Moody's.
"Saat Fitch menerbitkan rating BBB, padahal itu periode akhir tahun masuk holiday season. Tapi ternyata di respons baik, dan kondisinya baik," Agus menegaskan.
BI, kata Agus, tetap akan menjaga sikap atau stance kebijakan moneter untuk mencapai target inflasi pada 2018 sebesar 3,5 plus minus 1 persen. BI juga akan menjaga nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain atau valuta asing yang mencerminkan fundamental Indonesia.
"BI akan menjaga agar selain nilai tukar tetap mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia, juga mengarah pada transaksi berjalan yang sehat. Pada 2018, harapannya (defisit) transaksi berjalan di bawah 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)," tandasnya.
Advertisement