Sukses

PLN Bangun PLTG di Aceh

PT PLN (Persero) melalui anak perusahaan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) mulai pembangunan pertama Mobile Power Plant PLTG.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) melalui anak perusahaannya PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) mulai pembangunan pertama Mobile Power Plant (MPP) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Aceh Fase I sebesar 50 Megawatt (MW).

Proses pembangunan ditandai dengan peletakkan batu pertama oleh Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah pada 4 Januari 2018 di Desa Ladong, Kabupaten Aceh Besar.

Kehadiran MPP PLTG Aceh ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik pada 27 September 2017, antara PT PLN (Persero) dengan PT PJB. Jumlah investasi yang dikeluarkan untuk proyek ini sebesar Rp 1,6 triliun.

Dalam sambutannya, Supriyadi menuturkan kondisi sistem ketenagalistrikan di Aceh masih perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini mengingat kondisi tertentu listrik masih kerap dipadamkan.

"Proyek MPP PLTG ini bukan karena daya pembangkit listrik yang terpasang di Aceh kurang, namun lebih disebabkan oleh terjadinya gangguan atas beberapa unit pembangkit," ujar dia pada Kamis (4/1/2018).

Sistem ketenagalistrikan di Aceh sendiri saat ini masih tersambung dengan yang ada di Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), sehingga pasokan listrik dari Aceh juga akan dipergunakan apabila terjadi gangguan di daerah lain.

"Begitu juga sebaliknya, jika terjadi gangguan pembangkit listrik di Aceh, maka sebagian pasokan listrik dari daerah lain digunakan untuk menyokong kebutuhan listrik di Aceh. Pembangunan Mobile Power Plant Aceh ini penting untuk memperkuat sistem ketenagalistrikan Sumbagut," ujar Supriyadi.

Selain dilakukan oleh Gubernur Irwandi, kegiatan peletakkan batu pertama tersebut turut dilakukan bersama dengan Kepala Divisi Operasi Regional Sumatera Supriyadi, Direktur Utama PT PJB Iwan Agung Firstantara, General Manager PT PLN (Persero) UIP Pembangkit Sumatera Weddy B Sudirman, Direktur Utama PT Rekadaya Elektrika (PT RE) Harjono, serta Presiden Direktur dan CEO Siemens Indonesia Prakash Candran.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Proyek MPP PLTG di 5 Wilayah

MPP PLTG Aceh merupakan proyek yang dibangun sebagai pelaksanaan program kelistrikan 35.000 Mega Watt (MW).

Proyek ini dibangun guna meningkatkan rasio elektrifikasi daerah terpencil dengan konsep mesin yang mudah dipindah-pindahkan (mobile), pengoperasian yang ramah lingkungan, dan pembangunan dalam waktu singkat.

PJB mendapat penugasan dari PT PLN (Persero) untuk menyelesaikan proyek MPP di lima wilayah, yaitu Sumatera, Sulawesi, Ternate, Jawa Bagian Timur (Madura), dan Papua. Total kapasitas proyek tersebut sebesar 420 MW.

Untuk Aceh, akan dibangun dua MPP dengan total kapasitas 150 MW. Pada tahap awal, PJB akan membangun MPP Aceh Fase I dengan kapasitas 50 MW, dilanjutkan Fase II berkapasitas 100 MW.

MPP PLTG Aceh merupakan proyek MPP pertama bagi PJB di regional Sumatera. MPP Aceh akan dibangun di atas lahan seluas 4,7 hektar yang akan mampu meningkatkan tegangan yang sebelumnya sebesar 128 kV menjadi 149 kV pada sistem kelistrikan Sumatera.

Selain itu, MPP Aceh juga meningkatkan kualitas pasokan listrik dan keandalan serta antisipasi pertumbuhan beban pada sistem kelistrikan Aceh dimana semakin meningkatnya kegiatan ekonomi industri masyarakat sekitar dan iklim investasi di kota Banda Aceh.

Untuk sisi operasional, dari total 104 pegawai, 85 diantaranya merupakan putera daerah asli Aceh. Tenaga pendukung lainnya juga 100 persen merupakan warga lokal ring 1.

MPP Aceh juga dinilai cukup tinggi dalam menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) karena akan melibatkan tiga Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS).

Sebanyak tiga BUMNIS itu akan memproduksi komponen mesin melalui transfer knowledge dari pemilik teknologi, serta proses Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) yang akan dilaksanakan oleh anak usaha PJB, yaitu PT Rekadaya Elektrika (RE).

RE sendiri melakukan feasibility study hingga availability and improvement program dengan bantuan putra-putri asli Indonesia untuk mengolah kekayaan sumber daya dalam negeri yang tinggi.