Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih mengalami kendala dalam meningkatkan potensi minyak dan gas bumi (migas). Hal ini diakibatkan oleh minimnya data yang dimiliki karena keterbatasan biaya untuk melakukan pendataan.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan, selama ini pendataan Wilayah Kerja‎ (WK) atau blok migas dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan pencari migas atau Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS).
Untuk kegiatan pendataan yang dilakukan pemerintah melalui Kemenetrian ESDM memang masih minim. "Kalau kita jujur, selama ini yang memang datanya disiapin badan usaha, oleh KKKS," kata Ego, di Jakarta, Kamis (4/1/2017).
Advertisement
Baca Juga
Selain masih minim kegiatan pencarian potensi migas juga kurang detail, sehingga membuat data yang dimiliki pemerintah kurang akurat. Kondisi ini membuat peningkatan temuan potensi migas di Indonesia tidak agresif.
‎"Contohnya begini, dalam melakukan survei seismik, kalau data yang disiapkan oleh badan usaha, dia meneliti dari kiri ke kanan. Jadi orang jalan lalu balik lagi. Kalau data yg disiapkan oleh pemerintah karena anggarannya terbatas dan melakukannya dengan sistem 2D, memang kerapatan kualitas datanya tidak sebagus badan usaha," papar dia.
Ego mengungkapkan, mimimnya kegiatan pendataan potensi migas diakibatkan oleh keterbatasan anggaran. Pada 2017 saja pencarian potensi migas dilakukan hanya pada tiga lokasi, yaitu Arafura selatan Rp 25 miliar, Selaru Timur Rp 25 miliar, Buru Offshore Rp 25 miliar.
Sedangkan 2018 mengalami penurunan anggaran, sehingga hanya dua lokasi yang didata yaitu Selat Bangka di Sulawesi Selatan Rp 29 miliar dan Singkawang di Kalimantan Barat Rp 29 miliar.
‎"Memang anggaran pemerintah terbatas. Karena pemerintah paling satu tahun keluarin anggaran, dipa, untuk kegiatan pencarian seismik baru yang ada di badan geologi tidak sampai Rp 90 miliar," tutupnya.
Untuk diketahui, Indonesia memiliki 128 cekungan, saat ini yang baru 40 persen yang berhasil dieksplorasi dan eksploitasi, 20 persennya baru dieksplorasi tahap awal belum ada kepastian potensi, sedangkan sisanya belum tersentuh, sebagian besar cekungan yang belum didata terletak di Indonesia Timur dan laut dalam.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: