Sukses

Incar Devisa US$ 200 Juta, Furnitur Asal RI Unjuk Gigi di Eropa

Pasar furnitur Indonesia terbesar masih ke wilayah Eropa, sekitar 60 persen ke eropa, sisa ke Amerika Serikat, Afrika, dan Timur Tengah.

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 10 perusahaan furnitur Indonesia akan turut serta dalam pameran furnitur berskala internasional, IMM Cologne. Pameran yang berlangsung pada 15-21 Januari 2018 ini diselenggarakan oleh Koelnmesse Gmbh di Cologne Jerman.

Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan, IMM Cologne merupakan pameran furnitur terbesar di Eropa yang diselenggarakan setiap tahun. Sedangkan hingga saat ini negara-negara di kawasan Eropa masih menjadi pasar terbesar bagi produk furnitur Indonesia.

Oleh sebab itu, lanjut dia, keikutsertaan Indonesia dalam pameran ini diharapkan dapat berdampak pada peningkatan ekspor furnitur Indonesia ke Eropa di tahun ini.

"Pasar furnitur Indonesia terbesar masih ke wilayah Eropa, sekitar 60 persen ke eropa, sisa ke Amerika Serikat, Afrika, dan Timur Tengah," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (10/1/2018).

Abdul menjelaskan, 10 perusahaan furnitur yang ambil bagian dalam pameran ini bergerak di industri mebel kayu, rotan dan bambu. Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.

"Daya tarik IMM Cologne sebagai pameran furnitur yang besar memang tidak bisa dipungkiri. Sebab, ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih aktif sebagai pengusaha mebel, beliau rutin mengikuti pameran ini," kata dia.

Dalam pameran yang digelar tujuh hari tersebut HIMKI menargetkan perolehan devisa sebesar US$ 200 juta. Angka ini besar dari transaksi langsung saat pameran berlangsung dan tindak lanjut berupa pemesanan di luar pameran.

"Kami ingin mempromosikan serta memasarkan produk furniture Indonesia agar lebih dikenal di pasar internasional. Juga untuk mencari buyer tetap yang berpotensi membuat order baik dalam setahun ke depan maupun jangka panjang," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tantangan Ekspor Furnitur

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan bahwa pemerintah terus mendorong upaya penguatan industri, terutama berkaitan dengan pengembangan produktivitas dan ekspor salah satunya furnitur.

Jokowi mengatakan masih banyak masalah yang perlu diselesaikan bersama antara pemerintah dengan pengusaha untuk mendorong ekspor furnitur.

"Menurut saya, semakin banyak kita bertemu baik dari asosiasi, dengan menteri-menteri maupun dengan saya. Saya kira masalah-masalah itu akan bisa kita selesaikan dengan baik," ujar Jokowi.

Sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah, salah satunya menurut Jokowi adalah memberikan sejumlah insentif bagi beberapa industri untuk mendongkrak nilai ekspor.

Selain itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mengatakan dirinya akan berdiskusi dengan Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri BUMN serta Kepala Badan Ekonomi Kreatif untuk membahas masalah yang berkaitan dengan Sistem verifikasi dan legalitas kayu (SVLK) serta perpajakan.

SVLK ini sebagai upaya meyakinkan pasar kalau bahan baku yang dipergunakan legal. Akan tetapi, mekanisme sertifikasi secara tidak langsung akan menjadikan harga bahan baku lebih mahal dari pada bahan baku tanpa sertifikasi.

"Industri ini menggunakan bahan baku 100 persen dari Indonesia. Kedua, serap tenaga kerja banyak sekali. Ketiga, ekspor yang menghasilkan devisa. Ini tiga hal penting di industri ini, mebel dan kerajinan, gede sekali," kata Jokowi terkait potensi industri mebel domestik.