Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menerima kedatangan Agung Laksono yang membawa Al Sharif Group (ASG) dari Arab Saudi untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya Jakarta pada Rabu sore (10/1/2018).
Sandiaga Uno menuturkan, jika ASG benar-benar berinvestasi, nantinya dapat menciptakan lapangan kerja baru di DKI Jakarta yang mencapai 1.500 orang.
"Penciptaan lapangan kerja antara 1.000-1.500 pada tahap konstruksi dan setelah konstruksi sekitar 400-600 lapangan kerja baru yang bagus dan berkualitas," ujar Sandiaga di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Rencananya, ASG yang dianggap Sandiaga sebagai investor besar tersebut, akan berinvestasi sebesar US$ 300 juta -400 juta atau setara dengan Rp 4-5 triliun (asumsi kurs Rp 13.426 per dolar Amerika Serikat).
Investor asal Arab Saudi ini akan berinvestasi dalam bidang energi, seperti di pengelolaan sampah-sampah dengan teknologi yang terbarukan.
Di tempat yang sama, Agung Laksono yang sedang membangun kerja sama dengan ASG menganggap, investasi di sektor ini memang diperlukan.
"Yang saya bawa, ASG ini dari Saudi Arabia, yang mau investasi pada suatu bidang yang memang diperlukan," ucap Agung.
Jika investasi nantinya berhasil direalisasikan, bukan hanya aliran dana berupa investasi asing yang masuk, namun, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tersebut mengklaim, investasi ini juga dapat menjaga lingkungan nantinya.
"Ini sekaligus menjaga envinronment, karena salah satunya mengelola persampahan," kata Agung.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Ekonomi DKI Jakarta Diproyeksi Tumbuh 6 Persen
Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta menyatakan, pada 2018 ekonomi di Ibu Kota berpotensi tumbuh diatas 6 persen. Namun syaratnya sejumlah indikator dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga pertumbuhan ekonomi Jakarta dapat melaju.
Wakil Ketua Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, ‎dalam 4 tahun terakhir, ekonomi Jakarta hanya tumbuh dibawah 6 persen. Padahal di 2013 ekonomi Ibu Kota masih tumbuh 6,11 persen.
"Memasuki 2014 turun menjadi 5,95 persen, di 2015 dan 2016 sebesar 5,88 persen, dan di 2017 diperkirakan sekitar 5,9 persen, tidak mampu menembus 6 persen," ujar dia di Jakarta, Kamis 28 Desember 2017.
Menurut Sarman, ada sejumlah indikator yang diharapkan dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi Jakarta di tahun depan. Salah satunya penyerapan APBD DKI Jakarta 2018 tepat waktu.
"Tidak seperti tahun tahun sebelumnya dimana penyerapan mulai tinggi ketika memasuki bulan Agustus ke atas. Praktis belanja APBD Januari hingga Juli sangat minim sehingga tidak mampu menggenjot sektor lainnya. Padahal belanja pemerintah itu merupakan stimulan untuk dapat mendongkrak pertumbuhan sektor lainnya," jelas dia.
Untuk itu, lanjut Sarman, Gubernur dan Wakil Gubernur DKI jakarta harus dapat mengatur bagaimana penyerapan anggaran sudah bisa dimulai sejak Januari dan berlangsung sepanjang sampai Desember.
"Dari Rp 77 triliun APBD DKI Jakarta 2018 jika dibagi dua belas bulan maka belanja dan penyerapan yang akan beredar dan berputar sekitar Rp 6,4 triliun. Ini akan signifikan untuk mendongkrak pertumbuhan sektor sektor yang lain," tandas dia.
Advertisement