Sukses

Judesa, Cara Kementerian PUPR Jangkau Desa Terpencil

Dengan Judesa, maka desa dan kawasan terpencil yang dipisahkan oleh sungai, lereng, bukit, ataupun jurang bisa terhubung.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Litbang Kementerian PUPR mengembangkan teknologi bernama jembatan untuk desa asimetris (Judesa). Teknologi ini untuk menghubungkan desa-desa sehingga mendorong perekonomian wilayah tersebut.

Dengan Judesa, maka desa dan kawasan terpencil yang dipisahkan oleh sungai, lereng, bukit, ataupun jurang bisa terhubung.

"Jembatan gantung ini sangat diperlukan dalam menghubungkan desa ke desa, atau kecamatan ke kecamatan. Sebenarnya kebutuhan jembatan gantung jumlahnya ribuan baik di Jawa dan Luar Jawa, sangat banyak sekali. Tahun 2018 menargetkan bisa membangun 300 unit jembatan," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Kamis (11/1/2018).

Judesa ialah jembatan gantung untuk pejalan kaki ataupun pesepeda motor di pedesaan dan pelaksanaan pembangunannya melibatkan masyarakat setempat.

Pembangunannya diharapkan dapat membantu menghilangkan hambatan masyarakat pedesaan untuk mendapatkan akses pendidikan, informasi, pemasaran hasil pertanian, dan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk kehidupan mereka sehari-hari.

Judesa mampu mengakomodasi bentang 30 hingga 120 m dan memiliki tipe asimetris atau menggunakan satu pilon. Penggunaan satu pilon dimaksudkan untuk mengurangi biaya material struktur jembatan dan memberikan kemudahan dalam pembangunan. Pelaksanaan konstruksinya membutuhkan waktu sekitar 120 hari.

 

2 dari 2 halaman

Keunggulan Judesa

Judesa memiliki beberapa keunggulan untuk diterapkan di kawasan terpencil, yaitu fleksibel dan ekonomis.

Keunggulan tersebut antara lain ialah materialnya merupakan pre fabrikasi sehingga dapat disiapkan untuk dikirim ke lokasi. Kemudian sistem jembatan modular yang memberikan kemudahan pembangunan dengan swadaya masyarakat.

Metode konstruksi Judesa satu arah atau dari satu sisi sungai sehingga cocok untuk membuka jalur perintis dan mengurai pengangkutan material menyebrangi sungai.

Uji coba jembatan ini sudah dilakukan sejak tahun 2015 di Desa Cihawuk dan Desa Cibeureum, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Pada tahun 2017, dilakukan replikasi perdana yang berlokasi di Desa Siru dan Desa Wae Wako, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sebelumnya dipisahkan oleh Sungai Wae Laci namun kini terhubung dengan adanya Judesa sepanjang 62 meter.

Biaya yang diperlukan untuk membangun Judesa di Kabupaten Manggarai tersebut adalah Rp 1,5 miliar.