Liputan6.com, Houston - Harga minyak naik satu persen ke level tertinggi dalam tiga tahun. Harga minyak Brent sentuh level US$ 70 per barel, ini menunjukkan suplai ketat dan Amerika Serikat (AS). Pemangkasan produksi oleh OPEC diharapkan juga mendukung harga minyak.
Harga minyak Brent melonjak ke level US$ 70,05 per barel, tertinggi sejak November 2014. Pada pukul 12.54 waktu setempat, harga minyak berada di level US$ 69,76 atau susut 0,8 persen. Harga minyak Brent naik lima persen sejak awal tahun. Analis menyatakan, perlu sentimen dari Timur Tengah untuk pertahankan harga minyak US$ 70 per barel.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 86 sen atau 1,4 persen ke posisi US$ 64,43. Level itu tertinggi sejak Desember 2014.
Advertisement
Baca Juga
"Pasokan AS masuk level terendah sejak Agustus 2015. OPEC juga mendekati level target pemangkasan produksi minyak," ujar Analis PVM Oil Asscociates Tamas Varga, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (12/1/2018).
Pada Rabu, the US Energy Information Administration menyatakan, pasokan minyak turun hampir lima juta barel menjadi 419,5 juta barel pada pekan lalu. Produksi melambat hampir 300 ribu barel per hari. Analis memperkirakan hal itu didorong cuada dingin ekstrem di AS pada pekan lalu.
Sentimen positif lain yang mendukung harga minyak yaitu dari perusahaan Genscape memperkirakan lebih dari 3,5 juta minyak dari Cushing Oklahoma berkontribusi terhadap minyak AS.
"Penurunan pasokan minyak AS yang mantap, permintaan kilang yang terus menerus tinggi dan ekspor meningkat telah jadi sentimen kuat di pasar," ujar John Kilduff, Partner Again Capital LLC.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Kebijakan OPEC Dukung Harga Minyak
Selain itu, pemangkasan produksi yang dipimpin oleh the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia yang berlanjut pada 2018 juga memberikan dukungan untuk harga minyak.
Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA) dan Presiden OPEC Suhail al-Mazrouei mengatakan, pasar akan seimbang pada 2018. OPEC juga berkomitmen terhadap pengurangan pasokan minyak hingga akhir 2018.
Sentimen lainnya mendukung komoditas yaitu melemahnya dolar AS yang mendekati level terendah dalam satu minggu. Dolar AS melemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Advertisement