Sukses

Jokowi: 7 Juta Orang Bekerja Bangun Infrastruktur di RI

Dalam video tersebut, digambarkan bagaimana para pekerja mengerjakan sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Peluh mereka untuk kemajuan Indonesia. Demikian judul video yang diunggah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam akun media sosial, Twitter @Jokowi, pada Jumat, 11 Januari 2018 lalu.
 
Dia pun menuliskan jika saat ini ada 7 juta orang yang bekerja membangun infrastruktur di seluruh Indonesia. 
 
"Ada tujuh juta orang kini bekerja membangun infrastruktur di seluruh penjuru Tanah Air. Di Kalimantan ada 24 proyek, di Sulawesi 27 proyek, di Maluku dan Papua 13 proyek, di Sumatera 61 proyek, dan di tempat-tempat lain. Mereka bekerja #MenujuIndonesia maju," tulis Jokowi. 
 
Dalam video tersebut, digambarkan bagaimana para pekerja mengerjakan sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia.
 
Seorang pekerja bernama Amin mengaku terbantu dengan keberadaan proyek infrastruktur. Dirinya bisa bekerja dan mendapat pengahasilan tiap bulan.
 
"Orang kecil itu repot di ekonomi, mau kerja ke mana, cari duit sudah pusing. Kalau sekarang agak tenang, ada harapan, ada kemauan keras bekerja, dan tinggal bekerja, harus dibesarin proyek kayak ini," ujar Amin.
 
Jokowi dalam cuplikan dalam video menyebut jika percepatan pembangunan infrastruktur dibutuhkan Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain dan menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. 
 
Jokowi mengatakan, salah satu kunci persaingan adalah pada pembangunan infrastruktur. Mulai dari jalan tol, pelabuhan, bandara dan lainnya.
 
"Untuk mengejar ketertinggalan kita. Tapi semua infrastruktur yang dibutuhkan rakyat kita, tidak akan terbangun dengan sendiri, perlu ada kontribusi besar yang besar dan sumber daya manusia handal, terampil dan terlatih. Terutama kita ingin meningkatkan kualitas. Sebab itu kita bekerja pagi siang, untuk menyelesaikan ini agar bisa bersaing dengan negara lain," tegas Jokowi.
 
Twit dari Jokowi pun mengundang ragam komentar dari netizen. Seperti akun milik Bareta @barotori yang merespons. "Mantap pak Presiden ku demi terwujudnya pemerataan pembangunan," twit Bareta.  
 
Simak video pilihan berikut ini:
 
 
 
 
2 dari 2 halaman

Fokus ke Infrastruktur

Jokowi memang pernah menyampaikan sebelumnya, akan tetap fokus pada program percepatan pembangunan infrastruktur karena dua alasan. Upaya ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dalam jangka menengah dan panjang.
 
"Kita masih fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi jangka menengah dan panjang," kata Jokowi dalam acara "Sarasehan 100 Ekonom" di Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (12/12/2017).
 
Dia mengaku, pembangunan infrastruktur penting dipercepat karena dua alasan. Pertama, kata dia, kondisi infrastruktur Indonesia jauh dari kata ideal, bahkan lebih memburuk, berdasarkan studi dari Bank Dunia dan Global McKinsey di 2013.
 
Dibanding negara lain di dunia rata-rata sebesar 70 persen dari PDB, Presiden menambahkan, jumlah stok infrastruktur Indonesia termasuk rendah, hanya 38 persen dari PDB. Dibanding masa sebelum krisis ekonomi Asia pada 1997-1998, stok infrastruktur di Indonesia menurun dari 49 persen dari PDB di 1995 menjadi 38 persen terhadap PDB di 2012.
 
"Turunnya stok infrastruktur karena infrastruktur yang terus menurun dalam dua dasawarsa terakhir. Makanya kenapa kita fokus di pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jalan tol, pelabuhan, bandara, dan lainnya," ucap dia.
 
Kedua, Jokowi mengaku, infrastruktur di wilayah Indonesia bagian Timur buruk sekali. Dalam acara ini, dia mencontohkan jalan di Papua yang belum diaspal, kondisinya sangat memprihatinkan karena banyak truk terjebak dalam lumpur hanya untuk bisa keluar.
 
"Jalan buruk seperti ini tidak hanya di satu atau dua lokasi, tapi di beberapa daerah. Bagaimana tidak harga semen bisa mencapai Rp 2 juta-3 juta per sak, harga sembako lima sampai 10 kali lipat lebih mahal. Saking rusaknya dan antre tiga hari, sopir truk bisa sampai menanak nasi," kata dia.