Sukses

Harga Minyak Indonesia Naik 27 Persen di 2017

EIA menyebutkan kenaikan harga minyak mentah pada beberapa bulan terakhir merupakan dampak penurunan pasokan.

Liputan6.com, Jakarta Tim Harga Minyak Indonesia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, rata-rata harga minyak Indonesia Indonesian Crude Price (ICP) sepanjang 2017 mencapai US$ 51,19 per barel, atau naik 27 persen dibanding 2016 yang mencapai US$ 40,13 per barel.

Seperti yang dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Selasa (16/1/2018), ‎rata-rata ICP sepanjang 2017 tersebut berdasarkan hasil perhitungan, pada Desember 2017 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

Saat itu rata-rata ICP naik sebesar US$ 1,56 per barel menjadi US$ 60,90 per barel dari US$ 59,34 per barel pada November 2017, dan merupakan angka tertinggi sepanjang 2017.

Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat menyampaikan, naiknya harga minyak mentah pada beberapa bulan terakhir merupakan dampak penurunan inventory minyak mentah dan bahan bakar cair lainnya secara global sebesar rata-rata 0,4 juta barel per hari pada 2017.

Setelah tingkat inventory minyak mentah dunia menurun pada 2017, EIA memperkirakan inventory minyak dunia akan naik sebesar 0,2 juta barel per hari pada 2018 dan sebesar 0,3 juta barel per hari pada 2019. Hal tersebut diperkirakan dapat menahan harga minyak dunia pada kisaran US$ 60 per barel.

Kesepakatan OPEC dan Rusia memperpanjang pembatasan produksi hingga akhir 2018, pada general meeting 30 November 2017 lalu di Vienna juga menjadi salah satu pemicu naiknya harga minyak dunia saat ini.

Faktor lain, harga minyak dunia juga dipengaruhi kondisi geopolitik di Timur Tengah yang masih memanas juga meningkatnya permintaan minyak mentah di China yang diikuti peningkatan permintaan minyak solar, minyak tanah, Liquified Petroleum Gas (LPG), minyak bakar dan bensin‎.

 

 

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Dekati Level Tertinggi dalam 3 Tahun

Harga minyak mentah dunia mendekati level tertinggi dalam tiga tahun di atas US$ 70 per barel.

Ini terjadi di tengah tanda-tanda bahwa pemotongan produksi oleh OPEC dan Rusia bisa memperketat pasokan, meskipun para analis memperingatkan adanya dampak dari lonjakan produksi minyak di Amerika Serikat (AS).

Melansir laman Reuters, Selasa (16/1/2018), harga minyak patokan internasional Brent terakhir diperdagangkan 29 sen lebih tinggi menjadi US$ 70,16, setelah sempat naik ke level tertinggi US$ 70,37 per barel di awal sesi.

Sementara harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) menguat 51 sen menjadi US$ 64,81 per barel. Kedua patokan minyak tersebut mencapai level yang tidak terlihat sejak Desember 2014, meski perdagangan berlangsung tipis karena libur di Amerika Serikat.

Kebijakan pemotongan produksi antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan produsen lainnya telah memberikan dampak besar terhadap harga minyak.

Tanda-tanda pengetatan pasar setelah harga melemah selama tiga tahun telah memperkuat kepercayaan di antara para pedagang dan analis.

"Ini mengejutkan banyak orang dan saya pikir (harga) akan berkelanjutan. Kami melihat kenyataan permintaan yang kuat dan penurunan pasokan," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.

Bank of America Merrill Lynch pada hari Senin menaikkan perkiraan harga Brent pada 2018 menjadi US$ 64 per barel dari US$ 56. Perusahaan juga meramalkan adanya defisit produksi minyak 430 ribu barel minyak per hari (bpd).

"OPEC dan produsen non-OPEC tetap berkomitmen untuk mengurangi produksi pada saat yang sama permintaan minyak dunia terus meningkat," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Â