Sukses

Pertamina Khawatir Impor LPG Semakin Besar

PT Pertamina (Persero) menghawatirkan impor Liqufied Natural Gas (LPG) semakin meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menghawatirkan impor Liqufied Natural Gas (LPG) semakin meningkat. Hal ini diakibatkan menurunnya produksi dari sumur gas dalam negeri.

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, saat ini 70 persen LPG yang dikonsumsi Indonesia berasal dari impor. Berdasarkan catatan Pertamina, konsumsi LPG Indonesia per tahun mencapai 7,5 juta metrik ton (mt).

"LPG impor 70 persen, impornya akan semakin naik ini ada masalah teknis," kata Massa, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (18/1/2018).

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengungungkapkan, ‎kekhawatiran tersebut timbul akibat penurunan produksi bahan baku LPG yaitu Propan (C3) dan Butan (C4) dari sumur gas di dalam negeri. Hal ini akibat dari penurunan alami karena kandungannya semakin menipis.

"Karena gas kita dari Tangguh banyak tapi C1 C2, Badak turun, Mahakam gas  C3 C4 sekarang turun, sebab itu wajar saja  berkurngg karena geologi," papar Syamsu.‎

Menurut Syamsu, haru ada pemikiran jangka panjang untuk mengalirkan ketergantungan LPG dengan bahan bakar jenis lain. Pasalnya suatu saat pasokan LPG dari dalam negeri akan habis, sehingga untuk memenuhi kebutuhan seluruhnya dipasok dari luar negeri.

"Harus ada pemikiran penggunaan LPG ke depan, LPG nggak bisa jangka panjang, kedepan karena produksi dalam negeri berkurang impor semakin besar suatu saat 100 persen. kalau tidak ada konversi ke gas pipa atau kompor listirk akan semakin jauh dari ketahan energi, karena kebutuhan semakin besar," tutup Syamsu.

2 dari 2 halaman

Beli langsung

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar meminta bantuan pasokan LPG ke pemerintah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk memangkas mata rantai perdagangan LPG dengan tidak melalui pihak ketiga.‎

Arcandra Tahar menjelaskan, bantuan pasokan LPG yang dimintanya ke pemerintah Arab Saudi dan UEA berupa pasokan langsung dari perusahaan minyak dan gas (migas) nasional kedua negara tersebut ke Pertamina, selaku badan usaha yang diberikan kewenangan impor LPG untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Direct access untuk LPG," kata Arcandra di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Arcandra menuturkan jika Pertamina diberi kesempatan membeli langsung LPG dari perusahaan pemasok, maka akan memotong mata rantai perdagangan LPG dengan tidak melalui pihak ketiga. Jadi, harga yang didapat juga lebih murah.

"LPG kalau kita bisa langsung tidak lewat pihak ketiga," ujar dia.‎

Sebelumnya, pemerintah Indonesia meminta kemudahan pembelian ‎LPG kepada dua negara, yakni Arab Saudi dan UEA.