Liputan6.com, New York - Harga emas bergerak mendatar menjelang akhir pekan ini seiring dolar Amerika Serikat (AS) ditransaksikan di dekat level terendah dalam tiga tahun. Hal itu didorong meningkatnya kekhawatiran akan penutupan operasional pemerintahan AS.
Advertisement
"Harga emas berada di level terendah seiring dolar AS melemah dan kecemasan pasar atas kemungkinan penghentian operasional pemerintah AS," ujar Lukman Otunaga, Analis FXTM Lukman Otunaga, seperti dikutip dari laman Kitco, Sabtu (20/1/2018).
Ia menambahkan, ketika partai Republik segera mengumpulkan cukup suara untuk capai kesepakatan mendanai penerintah sebelum tengah malam sehingga dapat dukung harga emas.
Direktur Perdagangan Global Kitco Peter Hug mengharapkan harga emas tetap didukung menjelang akhir pekan meski kekhawatiran akan penutupan operasional pemerintah meningkat.
"Retorika tersebut semakin tinggi lantaran Demokrat terus menuntut kesepakatan mengenai DACA sebagai bagian dari perpanjangan pendanaan. Dolar AS alami aksi jual cepat dan emas menguat. Volatilitas akan meningkat sepanjang hari dan pelaku pasar cenderung masuk saat akhir pekan," jelas Hug.
Harga emas di pasar spot pun ditransaksikan di kisaran US$ 1.333,30 atau cenderung mendatar. Harga emas meski sedikit turun, namun tetap berada di level tertinggi dalam empat bulan. Sedangkan di pasar Comex, harga emas untuk pengiriman Februari naik 0,51 persen ke posisi US$ 1.334.
Otunaga menambahkan, harga emas berpotensi kembali menguat bila melihat harga emas secara teknikal. "Harga emas ditutup secara mingguan di atas US$ 1.340 dapat mendorong harga emas ke level US$ 1.360," ujar dia.
Dolar AS kian berada di bawah tekanan. Otunaga menuturkan, dolar AS cenderung melemah seiring ketidakpastian politik di AS. Hal itu bebani pergerakan nilai tukar mata uang. Indeks dolar AS turun 0,04 persen ke posisi 90,44.
"Level 91 merupakan level resistance pada pekan ini dengan harus temui support di 90,30. Intraday di bawah 90,30 dapat mendorong pelemahan ke 90," ujar dia.
Baca Juga
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Selanjutnya: Penutupan Operasi Pemerintahan AS Warnai Gerak Dolar AS
Sementara itu, Analis Brown Brothers Harriman mencatat, indeks dolar AS alami pelemahan secara mingguan. Bahkan terpanjang sejak April-Mei 2015. "Dolar AS melemah tidak hanya dorong kenaikan suku bunga tetapi juga pengaruhi data ekonomi AS terutama kuartal IV," tulis analis BBH.
Sejumlah ekonom optimistis ada kesepakatan yang diambil sebelum tutupnya operasional pemerintahan."Ini masih mungkin Kongres mencapai kata kesepakatan untuk hindari penutupan operasional pada akhir pekan ini. Namun, kemungkinan kesepakatan itu tampaknya akan hilang," ujar Paul Ashworth, Ekonom Capital Economics.
Ashworth menambahkan, jika terjadi penghentian operasional pemerintahan, tidak akan pengaruhi ekonomi AS secara signifikan.
"Hasilnya hanya sebuah penghentian sementara. Bahkan jika bertahan selama seminggu atau lebih hanya berdampak sedikit terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal pertama," jelas dia.
Beberapa hal yang diharapkan jika terjadi penutupan operasional pemerintah menjelang akhir pekan ini adalah penutupan semua layanan tidak penting. Ini berarti, dinas militer, jaminan sosial dan pos akan terus beroperasi. Sedangkan museum, taman federal dan monumen akan tutup, karyawan kena cuti sementara, dan tak dibayar. Hal ini juga dapat menekan harga emas ke depan.
Analis Dailyfx Christopher Vecchio menuturkan, dolar AS yang tertekan akan terus mendukung harga emas. Dolar AS menanggung beban ketidakpastian politik di Washington.
"Emas tempat investasi yang bagus. Kami memegang level support untuk emas di US$ 1.323, kemudian diharapkan lewati level US$ 1.345," kata dia.
Â
Advertisement