Liputan6.com, Jakarta - Properti di Australia menjadi investasi yang menggiurkan untuk para investor dari berbagai negara. Saat ini, banyak investor asing, termasuk asal Indonesia yang memiliki hunian di Negeri Kanguru tersebut.
Head of Sales Crown Group Indonesia, Elis Sumarto mengatakan, hal ini dibuktikan dari hasil Human Development Index terbaru yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP), Australia adalah negara nomor dua yang paling banyak ingin ditinggali di dunia.
Elis menyatakan, hingga saat ini properti Australia tetap menarik bagi para investor asal Indonesia. Alasannya, pasar properti di Australia yang memiliki permintaan serta daya beli yang kuat sehingga menjadi magnet tersendiri untuk para investor.
Advertisement
Baca Juga
"Selain itu, Dolar Australia yang lebih rendah serta pertumbuhan harga properti di negara yang stabil, mendorong arus masuk para pembeli properti asal luar negeri seperti Indonesia," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (20/1/2018).
Dia mengungkapkan, Sydney menjadi kota dengan pasar properti terkuat di Australia. Selain itu, Sydney juga dikenal sebagai pusat pendidikan.
"30 persen dari total pelajar asing yang masuk ke Australia memilih Sydney sebagai tujuan utamanya," kata dia.
Menurut dia, saat ini, Crown Group Holdings telah berhasil menyelesaikan pembangunan utama properti di lokasi terbaik Sydney termasuk Bondi, Bondi Junction, Parramatta, Ashfield, Epping, Homebush, Newington, Pennant Hills dan Rhodes dan terakhir Skye by Crown Group di North Sydney.
Crown Group memiliki memiliki portofolio yang luar biasa dalam lini usahanya dan saat ini sedang membangun tiga proyek besar yaitu Infinity by Crown Group di kawasan Green Square, Arc by Crown Group di kawasan CBD dan Waterfall by Crown Group di Waterloo.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Bos Crown Group Ajak Orang RI Investasi di Australia
Sebelumnya, taipan properti Australia kelahiran Indonesia, Iwan Sunito, mengajak para orang kaya RI untuk berinvestasi properti di negeri Kanguru. Pasar properti Australia dinilai masih menggiurkan.
"Properti masih menjadi bisnis yang menjanjikan di tengah melambatnya ekonomi dunia," ujar Iwan Sunito, Jumat 10 Agustus 2017.
Menurut studi Global Head of Residential Knight Frank, Lord Andrew Hay, golongan super kaya dunia semakin tertarik terhadap Sydney dan Melbourne. Selama 10 tahun terakhir fokus golongan superkaya tersebut lebih kepada penciptaan kekayaan. Namun, untuk beberapa tahun ke depan bertransformasi menjadi pelestarian kekayaan.
Managing Director SQM Research Pty Ltd, Louis Christopher, menilai harga residensial di Sydney pada akhir 2017 dibandingkan tahun sebelumnya akan naik sekitar 11-16 persen.
Sementara itu, menurut data terbaru dari CoreLogic, harga tempat tinggal rata-rata di Sydney meningkat 18,9 persen dalam 12 bulan sampai dengan pertengahan Maret, dan 14,7 persen di Melbourne. Dari Januari 2009, harga hunian di Sydney telah melonjak 106 persen. Pertumbuhan harga Melbourne juga menguat atau naik 89 persen dalam periode yang sama.
Investasi properti di Australia kebanyakan didominasi oleh investor asal China, yaitu sekitar Rp 240 triliun di tahun lalu. Angka tersebut naik sekitar 30 persen dari tahun keuangan sebelumnya, yang mencapai Rp 184 triliun atau naik Rp 60 triliun dari 2015.
Iwan Sunito akan melakukan kunjungan singkat ke Jakarta untuk menghadiri seminar "How To Build Property Empire" pada Senin nanti. Pria yang dinobatkan sebagai 2015 Australia Property Person of The Year ini akan membeberkan rahasianya dalam membangun bisnis properti di luar negeri, yaitu Australia.
Berdasarkan data konsultan properti terbesar di dunia, Knight Frank, Sydney dan Melbourne, Australia menempati posisi ke-11 sebagai kota yang diincar para investor dunia, salah satunya Indonesia.
Advertisement