Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan melemah dan ketidakpastian di Washington terkait tutupnya pemerintahan AS atau shutdown akan bayangi laju harga emas pekan ini.
Pada pekan lalu, harga emas sempat ditransaksikan di kisaran US$ 1.334 atau naik 0,57 persen. Penguatan harga emas saat itu ditopang dolar AS melemah dan jelang pemerintahan AS yang tutup.
Sementara itu, indeks dolar AS ditransaksikan di kisaran 90,56. Hal itu dipengaruhi partai Republik mesti mendapatkan voting cukup untuk menyetujui anggaran.
Advertisement
Berdasarkan survei Kitco kepada pelaku pasar, sekitar 41,2 persen memprediksi harga emas akan naik. Sedangkan 35,3 persen memprediksi harga emas dapat kembali turun. 23,5 persen lainnya melihat harga emas akan sideway.
Baca Juga
Pada pekan lalu, hasil survei menunjukkan kalau harga emas akan naik. Hingga 61 persen pelaku pasar percaya harga emas naik. Harga emas untuk pengiriman Februari pun mendatar di kisaran US$ 1.334,50 per ounce. Analis perkirakan, salah satu yang mendukung harga emas yaitu dolar AS yang tertekan.
"Pemerintahan AS tutup ini akan menekan dolar AS dan mendukung harga emas," ujar Bart Melek, Kepala Analis TD Securities, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (22/1/2018).
Melek menambahkan, dirinya tidak akan terkejut bila harga emas dapat sentuh US$ 1.357 pada pekan ini. Sementara itu, Direktur Pelaksana RBC Wealth Management George Gero menuturkan, harga emas akan naik jika pemerintahan AS tutup dalam waktu laman. "Harga emas akan naik. Drama di Washington tidak akan berakhir," ujar dia.
Gero prediksi, harga emas akan sentuh US$ 1.400 hingga akhir tahun. Sedangkan dalam jangka pendek, harga emas akan berada di kisaran US$ 1.325-US$ 1.350.
Senior Market Strategist RJO Futures Philip Streibel menuturkan tekanan baru terhadap bitcoin juga akan mendorong harga emas.
"Kita melihat cukup sepi transaksi bitcoin dengan meningkatnya larangan dari Korea Selatan dan China. Bitcoin sudah menarik perhatian pasar dari emas kini sudah berbalik arah kembali ke emas," kata dia.
Ia memprediksi, harga emas akan berada di kisaran US$ 1.350. Selain itu, ia perkirakan dolar AS melemah juga jadi katalis positif untuk harga emas."Indeks dolar AS jarang ke level 90, dan akan mulai tertekan, ini menolong harga emas," ujar Streible.
Sedangkan Ekonom CIBC World Market Nick Exarhos memprediksi, dolar AS hanya sedikit tertekan didorong positifnya reformasi pajak dan pasar saham menguat. Ini dapat mendorong dolar AS kembali menguat. "Akan tetapi ini jadi sentimen negatif untuk harga emas," ujar Nick.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Gerak Dolar AS Bayangi Harga Emas
Sebelumnya, harga emas bergerak mendatar menjelang akhir pekan ini seiring dolar Amerika Serikat (AS) ditransaksikan di dekat level terendah dalam tiga tahun. Hal itu didorong meningkatnya kekhawatiran akan penutupan operasional pemerintahan AS.
"Harga emas berada di level terendah seiring dolar AS melemah dan kecemasan pasar atas kemungkinan penghentian operasional pemerintah AS," ujar Lukman Otunaga, Analis FXTM Lukman Otunaga, seperti dikutip dari laman Kitco, Sabtu 20 Januari 2018.
Ia menambahkan, ketika partai Republik segera mengumpulkan cukup suara untuk capai kesepakatan mendanai penerintah sebelum tengah malam sehingga dapat dukung harga emas.
Direktur Perdagangan Global Kitco Peter Hug mengharapkan harga emas tetap didukung menjelang akhir pekan meski kekhawatiran akan penutupan operasional pemerintah meningkat.
"Retorika tersebut semakin tinggi lantaran Demokrat terus menuntut kesepakatan mengenai DACA sebagai bagian dari perpanjangan pendanaan. Dolar AS alami aksi jual cepat dan emas menguat. Volatilitas akan meningkat sepanjang hari dan pelaku pasar cenderung masuk saat akhir pekan," jelas Hug.
Harga emas di pasar spot pun ditransaksikan di kisaran US$ 1.333,30 atau cenderung mendatar. Harga emas meski sedikit turun, namun tetap berada di level tertinggi dalam empat bulan. Sedangkan di pasar Comex, harga emas untuk pengiriman Februari naik 0,51 persen ke posisi US$ 1.334.
Otunaga menambahkan, harga emas berpotensi kembali menguat bila melihat harga emas secara teknikal. "Harga emas ditutup secara mingguan di atas US$ 1.340 dapat mendorong harga emas ke level US$ 1.360," ujar dia.
Dolar AS kian berada di bawah tekanan. Otunaga menuturkan, dolar AS cenderung melemah seiring ketidakpastian politik di AS. Hal itu bebani pergerakan nilai tukar mata uang. Indeks dolar AS turun 0,04 persen ke posisi 90,44.
"Level 91 merupakan level resistance pada pekan ini dengan harus temui support di 90,30. Intraday di bawah 90,30 dapat mendorong pelemahan ke 90," ujar dia.
Advertisement