Sukses

Shutdown Pemerintahan AS Berakhir Bikin Harga Emas Berkilau

Senat Amerika Serikat (AS) akhirnya bersepakat perihal anggaran untuk sementara dan memungkinkan pemerintahan federal kembali berjalan.

Liputan6.com, Jakarta Harga emas menguat dipicu pelemahan dolar dan dampak terhentinya pemerintahan federal terhadap pasar keuangan.

Melansir laman Reuters, Selasa (23/1/2018), harga emas di pasar spot  naik tipis 0,05 persen menjadi US$ 1,332.13 perounce. Logam mulia sempat turun 0,5 persen pada minggu lalu, yang merupakan penurunan mingguan pertama dalam enam minggu, setelah mencapai posisi tertinggi empat bulan pada Senin.

Adapun emas berjangka Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman Februari turun US$ 1,20, atau 0,1 persen menjadi US$ 1.331,90 per ounce.    

Senat Amerika Serikat (AS) akhirnya bersepakat perihal anggaran untuk sementara dan memungkinkan pemerintahan federal kembali berjalan pada 8 Februari.    

Di sisi lain, Dolar mengurangi kerugian terhadap sekeranjang mata uang dan Saham AS. melonjak pada perdagangan sore setelah senator mencapai kesepakatan.   

 "Emas relatif teredam hari ini. Kebanyakan orang melihat terhentinya pemerintah AS. Secara historis, Anda tidak benar-benar reaksi pasar terlampau besar terhadap ini, "kata Daniel Ghali, Ahli strategi komoditas di TD Securities, Toronto.  

Adapun harga Platinum turun 2,1 persen menjadi US$ 991,74 per ounce, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak 8 September di US$ 1,018.80.

Harga paladium turun 0,7 persen menjadi US$ 1,096.97 per ounce.  Sementara harga Perak turun 0,2 persen pada $ 16,97 per ounce.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Layanan Publik AS Tutup Bakal Untungkan Harga Emas

Dolar Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan melemah dan ketidakpastian di Washington terkait tutupnya pemerintahan AS atau shutdown akan bayangi laju harga emas pekan ini.

Pada pekan lalu, harga emas sempat ditransaksikan di kisaran US$ 1.334 atau naik 0,57 persen. Penguatan harga emas saat itu ditopang dolar AS melemah dan jelang pemerintahan AS yang tutup.

Sementara itu, indeks dolar AS ditransaksikan di kisaran 90,56. Hal itu dipengaruhi partai Republik mesti mendapatkan voting cukup untuk menyetujui anggaran.

Berdasarkan survei Kitco kepada pelaku pasar, sekitar 41,2 persen memprediksi harga emas akan naik. Sedangkan 35,3 persen memprediksi harga emas dapat kembali turun. 23,5 persen lainnya melihat harga emas akan sideway.

Pada pekan lalu, hasil survei menunjukkan kalau harga emas akan naik. Hingga 61 persen pelaku pasar percaya harga emas naik. Harga emas untuk pengiriman Februari pun mendatar di kisaran US$ 1.334,50 per ounce. Analis perkirakan, salah satu yang mendukung harga emas yaitu dolar AS yang tertekan.

"Pemerintahan AS tutup ini akan menekan dolar AS dan mendukung harga emas," ujar Bart Melek, Kepala Analis TD Securities, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (22/1/2018).

Melek menambahkan, dirinya tidak akan terkejut bila harga emas dapat sentuh US$ 1.357 pada pekan ini. Sementara itu, Direktur Pelaksana RBC Wealth Management George Gero menuturkan, harga emas akan naik jika pemerintahan AS tutup dalam waktu laman. "Harga emas akan naik. Drama di Washington tidak akan berakhir," ujar dia.

Gero prediksi, harga emas akan sentuh US$ 1.400 hingga akhir tahun. Sedangkan dalam jangka pendek, harga emas akan berada di kisaran US$ 1.325-US$ 1.350.

Senior Market Strategist RJO Futures Philip Streibel menuturkan tekanan baru terhadap bitcoin juga akan mendorong harga emas.

"Kita melihat cukup sepi transaksi bitcoin dengan meningkatnya larangan dari Korea Selatan dan China. Bitcoin sudah menarik perhatian pasar dari emas kini sudah berbalik arah kembali ke emas," kata dia.

Ia memprediksi, harga emas akan berada di kisaran US$ 1.350. Selain itu, ia perkirakan dolar AS melemah juga jadi katalis positif untuk harga emas."Indeks dolar AS jarang ke level 90, dan akan mulai tertekan, ini menolong harga emas," ujar Streible.

Sedangkan Ekonom CIBC World Market Nick Exarhos memprediksi, dolar AS hanya sedikit tertekan didorong positifnya reformasi pajak dan pasar saham menguat. Ini dapat mendorong dolar AS kembali menguat. "Akan tetapi ini jadi sentimen negatif untuk harga emas," ujar Nick.

Â