Sukses

Ke Swiss, Menteri BUMN Tawarkan Proyek Infrastruktur RI

Indonesia memiliki sejumlah keunggulan kompetitif yang banyak negara lain tidak miliki.

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Rini M Soemarno memaparkan peluang bisnis di Indonesia kepada puluhan investor di Zurich, Switzerland. Para investor datang dari berbagai negara, antara lain Kuwait Investment Fund, investor dari Qatar, China, Azerbaijan, Malaysia, dan Norwegia.

Dalam kesempatan itu, Menteri Rini menyampaikan kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik.

Hal itu sesuai dengan penilaian lembaga rating internasional (Moody’s, S&P Global, dan Fitch Rating) yang menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi.

"Dua tahun terakhir ini, ekonomi tumbuh di atas 5 persen dan akan terus membaik di masa yang akan datang," tutur Menteri Rini dalam keterangannya, Jumat (26/1/2018).

Selain itu, Rini juga mengungkapkan sejumlah indikator makro ekonomi Indonesia yang terus membaik, antara lain neraca perdagangan yang positif dalam tiga tahun terakhir dan inflasi yang selalu terkontrol.

Indikator penting lainnya adalah tingkat kesejahteraan yang meningkat, angka kemiskinan menurun dari 11,7 persen (2012) menjadi 10,1 persen (2017).

“Indonesia telah berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan lewat indeks daya saing global, di mana menurut WEF pada tahun 2017-2018 Indonesia menduduki posisi 36 dari 137 negara,” tegas Rini.

 

2 dari 2 halaman

Tawarkan Investasi Bidang Infrastruktur

Dalam kesempatan itu pula, Menteri Rini membeberkan rencana pembangunan dan kebutuhan dana infrastruktur di Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk mendorong konektivitas di udara, laut, darat, dan telekomunikasi, yang juga mencakup internet dan serat optik, serta membangun pembangkit listrik,” jelas Rini.

Dalam rencana pembangunan jangka menengah 2015-2019, pemerintah membuat ekspektasi untuk meningkatkan rasio elektrifikasi menjadi 96,6 persen, membangun pembangkit listrik baru hingga kapasitas total menjadi 35.000 MW, membangun 2.650 km jalanan baru, dan 1.800 km jalan tol baru.

“Di akhir 2014, jalan tol Indonesia keseluruhan hanya 780 km. Saat ini, kami membangun 1.800 km jalan tol hingga akhir 2019, yang mana lebih dari dua kali lipat dari pencapaian pemerintahan 69 tahun terakhir,” jelasnya.

Tidak luput dari program pembangunan adalah di infrastruktur bidang digital. Indonesia merencanakan untuk mengembangkan jaringan serat optik dari 112.494 kilometer pada tahun 2014 menjadi 158.850 kilometer pada tahun 2018.

Selain itu, dalam rangka mendorong pembangunan sektor telekomunikasi, pemerintah juga membangun 152 ribu Base Transceiver Station (BTS)

Menurut Rini, sesuai dengan rencana pemerintah dalam RPJMN 2015-2019, guna pembangunan infrastruktur di Indonesia, membutuhkan dana sebesar US$ 500 miliar.

Di depan para investor, Menteri Rini menawarkan peluang untuk berinvestasi. Khususnya dalam pengembangan infrastruktur dan konektivitas di Indonesia timur yang selama ini kurang mendapat perhatian.

“Rencana ekspansi kami memang terlihat ambisius. Tapi pada saat bersamaan sangat realistis,” tutur Rini.

Menteri Rini mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki sejumlah keunggulan kompetitif yang banyak negara lain tidak memiliki. Keunggulan itu antara lain dari bonus demografi, serta tenaga kerja yang besar dan muda.

Salah satunya adalah segmen kelas menengah yang cepat berkembang, serta makro ekonomi kuat dan lingkungan politik yang stabil.

Di hadapan investor global tersebut, Menteri Rini memberikan contoh investasi di Indonesia yang menarik minat investor asing. Yakni, Komodo Bonds Jasa Marga yang diluncurkan November 2017 dan terdaftar di London Stock Exchange. Selain itu, juga ada Komodo Bonds Wijaya Karya.

“Keduanya adalah obligasi berkualitas tinggi yang dikelola perusahaan BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur jalan tol,” tutup Menteri Rini.