Liputan6.com, Jakarta - Krisis ekonomi yang terus memburuk membuat harga barang-barang di Venezuela terus meroket. Badan Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, inflasi di Venezuela bisa melambung ke angka 13 ribu persen pada tahun 2018 ini.
Semakin buruknya perekonomian Venezuela membuat negara yang dulunya kaya raya itu harus membuat pemerintah mencetak uang demi menutupi defisit fiskal. Kepercayaan pihak internasional pada Venezuela juga semakin memburuk.
Advertisement
Baca Juga
Angka inflasi yang diprediksi IMF tersebut lima kali lebih besar dari taksiran sebelumnya. Jumlah ini juga jauh melebihi prediksi rata-rata ekonom Bloomberg.
Lebih lanjut, IMF mengestimasi harga barang akan melonjak 2.400 persen di Venezuela. Prediksi ini diumumkan oleh Alejandro Werner dari IMF dalam siara pers.
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (27/1/2018), hiperinflasi yang dialami Venezuela ini disebabkan dari resesi berkepanjangan dan ekspor minyak yang menurun. Demi mengurangi inflasi, pemerintah Venezuela di bawah pimpinan Nicolas Maduro telah menolak melonggarkan kontrol pertukaran mata uang asing dan kenaikan harga.
IMF memprediksi perekonomian Venezuela akan menurun 15 persen tahun ini yang berdampak pada penurunan PDB. PDB Venezuela telah menurun mendekati 50 persen sejak 2013.
Hal ini akhirnya berdampak pada perekonomian kawasan Amerika Latin yang hanya bisa tumbuh 1,9 persen. Padahal, jika kondisi Venezuela tidak memburuk, perekonomian kawasan bisa melaju hingga 2,5 persen.
Bertahan hidup
Berbagai cara dilakukan penduduk Venezuela untuk bertahan hidup di tengah krisis ekonomi yang tidak juga membaik. banyak warga Venezuela yang kini lebih memilih mendapatkan gaji dalam bentuk makanan selepas bekerja.
Leonard Altamar salah satunya. Tukang ledeng berusia 41 tahun kini hanya mau bekerja apabila klien memesan jasanya bisa membayarnya dengan makanan.
"Saya baru saja selesai membetulkan mesin cuci piring dan saya mendapat bayaran spaghetti dan sedikit daging. Saya sudah mulai menerima bayaran seperti ini sejak September 2017. Setidaknya keluarga saya bisa makan sedikit," tutur Altamar seperti dikutip dari Miamiherald.
Bukan hanya Altamar, banyak orang di Venezuela kini lebih memilih bekerja dengan bayaran makanan. Ada juga seorang teknisi listrik dan tukang kayu yang menolak mengungkap identitasnya telah bekerja demi mendapat makanan selama berbulan-bulan.
"Saya harus menyesuaikan kondisi. Biasanya sebelum bekerja saya bertanya dulu pada klien, apa yang mereka miliki di dapur. Saya kini lebih memilih bertukar jasa dengan makanan daripada uang," kata dia.
Tepung terigu, nasi, minyak sayur, gula, mayonnaise, soda dan barang-barang perawatan diri merupakan beberapa barang yang diburu oleh para pekerja. Nilai barang-barang tersebut kini melebihi uang yang beredar di Venezuela.
Sebagian besar profesi mulai dari pembantu rumah tangga, sopir taksi hingga profesional bersedia ikut serta dalam tren kerja demi makanan. Hal ini mereka lakukan demi menghindari kelaparan dan harga-harga bahan kebutuhan pokok yang terus melejit.
Advertisement