Liputan6.com, Jakarta - Harga cabai di pasar tradisional terus melonjak. Saat ini, harga komoditas tersebut, khususnya cabai rawit merah, telah mencapai Rp 50 ribu per kilogram (kg).
Rahayu (38), salah satu pedagang sayuran di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengatakan setelah sempat turun pada pertengahan bulan lalu, kini harga cabai kembali naik.
Advertisement
Baca Juga
"Waktu akhir tahun harganya sempat naik, terus kemarin turun. Sekarang mulai naik lagi," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (29/1/2018).
Rahayu mencontohkan, harga cabai rawit merah saat ini sudah berada di kisaran Rp 50 ribu per kg. Kemudian cabai merah keriting dan cabai merah besar (TW) juga naik menjadi masing-masing Rp 45 ribu per kg.
"Yang naiknya paling tinggi yang rawit merah, sudah Rp 50 ribu sekarang. Kemarin sempat Rp 55 ribu-Rp 60 ribu tapi, kan, turun. Terus sekarang naik lagi," kata dia.
Menurut Rahayu, kenaikan tersebut lantaran harga cabai di Pasar Induk Kramat Jati juga melonjak. Dia menjelaskan, saat ini harga cabai rawit merah di pasar induk tersebut berkisar Rp 40 ribu per kg. Sedangkan cabai merah keriting dan cabai merah besar Rp 35 ribu-Rp 40 ribu per kg.
"Mungkin karena hujan terus, makanya harga naik. Di sana (Pasar Induk Kramat Jati) sudah naik harganya. Cabai kalau hujan gampang busuk," jelas dia.
Selain cabai, harga kentang juga mengalami kenaikan. Namun, kenaikan harga pada komoditas tersebut masih relatif kecil, yaitu Rp 1.000 per kg.
Berikut daftar harga cabai dan sayuran berdasarkan pantauan Liputan6.com:
- Cabai rawit hijau Rp 40 ribu per kg
- Cabai rawit merah Rp 50 ribu per kg
- Cabai merah keriting Rp 45 ribu per kg
- Cabai merah besar Rp 45 ribu per kg
- Bawang merah Rp 22 ribu per kg
- Bawang putih Rp 23 ribu pe‎r kg
- Kentang Rp 16 ribu per kg
- Kacang panjang Rp 12 ribu per kg
- Timun Rp 8.000 per kg‎
- Tomat Rp 12 ribu per kg
- Wortel Rp 10 ribu per kg.
Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:
BPS: Kenaikan Harga Beras Tahun Ini Sangat Mencemaskan
Badan Pusat Statisk (BPS) mencatat sampai dengan minggu ke-II Januari ini, kenaikan harga beras di pasar sudah naik sekitar 3 persen. Peningkatan tersebut dianggap BPS sudah dalam kategori mengkhawatirkan atau mencemaskan.
Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengatakan, pemerintah harus mengendalikan inflasi pada 2018 yang ditargetkan 3,5 persen. Target tersebut dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.
"Pemerintah perlu mengendalikan inflasi di 2018, karena volatile food (gejolak pangan), terutama harga beras, pergerakannya sudah mencemaskan," kata dia saat Rilis Neraca Perdagangan Desember 2017 di kantornya, Jakarta, Senin (15/1/2018).
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti menambahkan, pergerakan kenaikan harga beras di pasar hingga minggu ke-II Januari 2018 sudah mencapai sekitar 3 persen. Akhir Desember lalu, kontribusi beras terhadap inflasi sebesar 0,08 persen.
"Jadi kalau tidak dikendalikan harganya, dampaknya bisa ke inflasi Januari. Karena bobot beras ke inflasi cukup tinggi, yakni 3,8 persen. Artinya kalau ada kenaikan harga beras sedikit saja, akan berpengaruh ke inflasi," dia menjelaskan.
Yunita berharap pemerintah melalui Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Bank Indonesia (BI), dan pihak-pihak terkait lain dapat meredam gejolak harga beras, sehingga tidak terus naik. Salah satunya dengan kebijakan impor beras.
"Dengan adanya impor beras khusus 500 ribu ton akan membantu sisi suplai, karena kemarin kan sempat langka di beberapa pasar. Kalau suplai dibantu, bisa menekan harga beras," ucapnya.
Lebih jauh dia bilang, kenaikan harga beras sekitar 3 persen sampai pekan II bulan ini, sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Jadi setiap Desember-Januari itu memang trennya harga beras naik. Kenaikannya kurang lebih sama sekitar 3 persen. Sebetulnya ini keseimbangan (suplai) antardaerah yang perlu dijaga," tandas Yunita.
Advertisement