Liputan6.com, Natuna - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan potensi perikanan di laut Natuna, Kepulauan Riau, sangat besar. Namun harga jual ikan tangkapan nelayan di laut tersebut rendah karena masalah transportasi.
Susi menjelaskan, jadwal Tol Laut di Natuna dua minggu sekali. Dengan jadwal yang cukup lama tersebut membuat ikan harus dibekukan atau diawetkan dahulu.
Padahal juga ikan tersebut dijual segar maka harga jualnya bisa tinggi. "Dua minggu sekali, kalau ikan segar susah," jelas dia di Natuna, Senin (29/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Oleh sebab itu Susi akan berbicara dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi agar bisa menambah jadwal Tol Laut sehingga meningkatkan harga jual ikan.
Selain itu, Susi juga akan melobi Menhub Budi Karya agar bisa meningkatkan layanan penerbangan di Bandara Natuna. Langkah tersebut agar ikan hasil tangkapan nelayan Natuna bisa langsung ekspor ke negara tetangga.
"Ikan exotic tropic dijual lebih mahal kalau masih segar, saya akan bicara dengan Pak Menhub untuk menjajaki penernangan dari sini ke Batam lanjut ke singapura setiap hari agar nilainya tidak jatuh," lanjut dia.
Susi Pudjiastuti pun mencontohkan, saat ini harga kakap merah hasil tangkapan nelayan Natuna sudah cukup tinggi. Akan tetapi sayangnya ikan tersebut tidak bisa diekspor segar. Ikan itu harus melalui angkutan laut menuju Batam dan kemudian ke Singapura yang membutuhkan waktu cukup lama.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Datangi SKPT Natuna, Susi Ingin Jadi Tempat Nyaman buat Nelayan
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pidjiastuti mengunjungi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam SKPT seluas 3 hektare (ha) tersebut, terdapat berbagai fasilitas seperti dua dermaga untuk bersandar kapal nelayan berukuran besar dan kecil.
Disediakan juga pelelangan ikan dan dermaga untuk bersandar kapal nelayan cold storage berkapasitas 200 ton yang saat ini dikelola Perum Perikanan Indonesia (perindo).
Terdapat juga koperasi yang menyediakan berbagai keperluan pelaut. Tak ketinggalan juga Stasiun Bahan Bakar milik Pertamina guna memasok Solar bagi kapal nelayan.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Syarif Widjaya menjelaskan, kapasitas cold storage akan dikembangkan lagi menjadi 1.000 ton. "Nanti juga ada rumah singgah untuk para nelayan," jelas dia di Natuna, 29 Januari 2018.
Keberadaan rumah singgah ini bisa membuat nyaman nelayan dari luar daerah yang akan menjual hasil tangkapnya di Natuna.
Saat berada di cold storage, Menteri Susi bertanya kepada Manager Perindo Unit Natuna, "Berapa biasanya ikan masuk ke sini?".
"Rata-rata 2 ton masuk setiap hari," jelas Kepala Cabang Perindo Natuna Yogi.
Advertisement