Sukses

Kejar Ketertinggalan, Menaker Benahi Tenaga Kerja RI

Menaker Muhammad Hanif Dhakiri menekankan tiga hal penting yang harus diperbaiki oleh tenaga kerja Indonesia untuk mengejar ketertinggalan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan, Muhammad Hanif Dhakiri menekankan tiga hal penting yang harus diperbaiki oleh tenaga kerja Indonesia demi mengejar ketertinggalan dari negara lain. Hal ini untuk menghadap era Revolusi Industri 4.0.

Tiga hal mendasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia adalah kualitas, kuantitas, dan lokasi.

"Pertama, perhatikan kualitas. Pastikan agar kualitas SDM sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan permintaan industri," tegas dia pada acara 'Peningkatan Peran Pembangunan Ketenagakerjaan Untuk Mendorong Investasi dan Perluasan Kesempatan Kerja dalam Rangka Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas' di Hotel Bidakara, Jakarta pada Selasa (30/1/2018).

Selain kualitas, Hanif menekankan jumlah SDM atau tenaga kerja Indonesia yang handal masih terbatas, serta luas penyebarannya yang belum meluas hingga ke pelosok daerah.

"Kita banyak juara di berbagai kompetisi tingkat dunia, atau boleh dibilang juaranya banyak. Properti kita pernah juara, otomotif pernah juara, dan berbagai bidang lainnya. Tapi bicara soal kuantitas, ini jadi soal. Seberapa banyak yang bisa juara?," tegasnya.

Ketiga, menyangkut lokasi. Hanif mencontohkan di Papua Barat.

"Cari Insinyur di sana, dapat? Dapat. Tapi jumlahnya kurang. Misalnya cari seribu, mungkin hanya dapat satu, atau bahkan kurang," tambah dia.

Hanif membandingkan Indonesia dengan China. Dia menganggap China sudah siap menjadi negara besar karena secara faktor kualitas, kuantitas, dan lokasi sudah terpenuhi.

"China jadi dahsyat karena sudah siap dengan tiga hal tersebut. Kualitasnya bagus sesuai dengan lapangan kerja, jumlahnya memadai, dan terakhir pernyebaran lokasinya oke. Tapi kita kualitas bagus, jumlahnya masih kurang. Kualitas bagus, jumlah oke, tapi hanya di daerah tertentu. Semua faktor tersebut harus bisa dibarengi untuk mencetak tenaga kerja Indonesia yang hebat," pungkas dia.

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Lulusan SMK Jadi Pengangguran Paling Banyak pada 2017

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) masih dihadapkan pada sejumlah masalah mulai pengangguran, kemiskinan, hingga kesenjangan untuk persiapkan tenaga kerja yang berkompetensi hadapi revolusi industri 4.0.

Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri menuturkan, kondisi sektor ketenagakerjaan dan tantangan ke depan terus berubah serta semakin kompleks. Hal itu ditandai dengan kondisi perekonomian dunia yang masih dalam tahap perbaikan akibat dampak dari krisis global.

"Ekonomi dunia di 2018 ini masih berada pada fase recovery, ditandai dengan peningkatan investasi, aktivitas manufaktur, dan transaksi perdagangan," ucap dia di acara 'Peningkatan Peran Pembangunan Ketenagakerjaan Untuk Mendorong Investasi dan Perluasan Kesempatan Kerja dalam Rangka Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas' yang berlangsung di Gedung Kemenaker, Jakarta pada Selasa (30/1/2018).

Dia juga turut memaparkan kondisi sektor ketenagakerjaan pada 2017. Sektor pengangguran tercatat 5,5 persen. "Dari jumlah tersebut, lulusan SMK paling besar, yaitu 11,41 persen," ujar dia.

"Untuk tingkat kemiskinan itu 10,12 persen, di mana angka kemiskinan di pedesaan adalah 13,47 persen. Gini ratio (kesenjangan) menurun, dari 0,41 persen pada 2016 menjadi 0,391 persen. Di perkotaan relatif lebih tinggi, 0,404 persen," tambah dia.

Mengutip proyeksi Bank Dunia atau World Bank, Hanif menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia pada 2018.

"World Bank bilang, pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini adalah 3,1 persen, dan Indonesia akan tumbuh 5,3 persen. Tapi pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,4 persen, lebih tinggi 1 persen dibanding proyeksi World Bank," tutur dia.

Target Pemerintah di 2018

Selain tentang pertumbuhan ekonomi negara, Hanif menyebutkan pemerintah telah menyiapkan target-target lainnya untuk tahun ini.

"Daya saing Indonesia dalam periode 2017-2018 berada di posisi 36 dari 137 negara. Target pertumbuhan investasi pemerintah di 2018 ada di kisaran 6 sampai 6,6 persen," kata dia.

Pemerintah juga berencana menurunkan angka pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan. "Diharapkan, jumlah pengangguran pada tahun ini dapat turun, dari 5 sampai 5,3 persen," ujar dia.

"Begitu juga dengan kemiskinan, yang bisa turun 9,5 sampai 10 persen. Sementara gini ratio, kami berharap itu dapat turun sekitar 0,01 persen, atau menjadi 0,38 persen," ungkap Hanif.