Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyatakan, program Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades) merupakan solusi untuk mengangkat perekonomian masyarakat di wilayah pedesaan.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo mengatakan, meski mampu menghasilkan produk unggulan, masih banyak desa yang masuk kategori miskin lantaran perekonomiannya tidak berjalan dengan baik. Hal ini salah satunya karena produk tersebut tidak memiliki pasar yang pasti.
Advertisement
Baca Juga
"Desa kita ini miskin karena tidak punya pasar. Pasar itu apa? Ya sarana pascapanen kalau sektor pertanian. Nah sarana pascapanen tidak bisa masuk ke desa karena skala produksinya tidak cukup sehingga menjadi tidak ekonomis,” ujar dia di Jakarta, Kamis (1/2/2018).
Namun, program Prukades diharapkan bisa menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Sebab, menurut Eko, Prukades merupakan model skema usaha yang dapat menguntungkan petani maupun swasta. Masyarakat dapat berperan sebagai pelaku produksi, sedangkan swasta hanya berlaku sebagai off taker, rantai pemasaran, dan rantai input produksi.
"Ini yang melaksanakan masyarakat semua. Jadi kalau masa lalu perusahaan punya tanah kemudian masyarakat sebagai pekerja saja, sekarang masyarakat yang melakukan proses produksinya. Perusahaan yang membantu secara manajemen dan pascapanennnya. Buat masyarakat juga bisa senang, karena mereka tidak hanya pekerja, tapi mereka juga punya set produksi yang pasarnya sudah ada,” jelas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tingkatkan Daya Saing
Sementara itu, ekonom Aviliani mengatakan, program Prukades sebenarnya bukan hanya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin, tetapi juga untuk meningkatkan daya saing dengan menyatukan beberapa desa melalui satu produk unggulan.
“Prukades itu ada yang sudah tercipta dari dulu, ini natural. Tapi ada juga daerah yang mereka punya lahan tapi belum tahu mau dibikin apa. Dengan adanya forum bisnis, perusahaan-perusahaan bisa dilihat mereka butuhnya apa, sehingga ada business matching (pencocokan)," jelas dia.
"Sehingga nanti lahan itu bisa dikelola sesuai kebutuhan perusahaan, kemudian nanti perusahaan itu yang beli," tutur Aviliani.
Advertisement