Sukses

Jokowi Tak Puas Lihat Kinerja Ekspor RI

Indonesia memiliki potensi besar untuk menyasar pasar negara-negara Amerika Latin dan Afrika.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) lebih aktif membuka pasar baru untuk ekspor produk Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan ekspor Indonesia dari negara-negara lain di kawasan ASEAN.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk, membeberkan ketidakpuasan Presiden mengenai realisasi kinerja ekspor Indonesia, meskipun ada kenaikan nilai pada tahun lalu. Alasannya karena masih kalah dibanding negara-negara tetangga di kawasan ASEAN.

"Kalau dilihat ekspor kita di 2017 masih naik 16,8 persen. Tapi yang bikin Bapak Presiden tidak begitu happy, ekspor kita ternyata lebih rendah dibanding negara-negara tetangga," ujar Kecuk di kantornya, Jakarta, Kamis (1/2/2018).

Dia menambahkan, Jokowi meminta kepada para menteri, terutama Mendag, untuk meningkatkan kinerja nilai maupun volume ekspor Indonesia. Salah satunya dengan menambah pasar atau negara tujuan ekspor, selain Amerika, China, dan Jepang.

"Kalau dilihat strukturnya memang ada masalah yang perlu dibenahi. Contohnya kalau bicara ekspor, 35 persen ekspor kita ditujukan ke Amerika, Tiongkok, dan Jepang. Artinya, kalau ada sesuatu di negara-negara itu, pengaruhnya besar ke kita," dia menjelaskan.

Oleh karena itu, menurut Kecuk, Jokowi meminta menterinya melakukan diversifikasi pasar atau negara tujuan ekspor. Data BPS menunjukkan sudah ada pergerakan kenaikan ekspor Indonesia ke Mesir dan Turki sekitar 13 persen sampai 14 persen, walaupun porsinya masih kecil.

"Jadi diversifikasi pasar menjadi sebuah keharusan ke depan. Supaya ketergantungan kita pada negara-negara tertentu tidak terlalu besar, karena akan bahaya," tegasnya.

Di samping itu, lebih lanjut Kecuk mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan proses hilirisasi terhadap komoditas ekspor Indonesia agar ada nilai tambah. Sebab, kata dia, kelemahan ekspor Indonesia masih didominasi komoditas mentah.

"Kalau ada nilai tambah, kita bisa menciptakan lapangan kerja. Jenis produk yang akan diekspor pun akan lebih bervariasi. Tapi harus diiringi kemudahan perizinan dan peraturan supaya harga ekspor lebih kompetitif dan punya daya saing," ia menerangkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Genjot Pasar Amerika Latin

Kecuk mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menyasar pasar negara-negara Amerika Latin, Afrika, serta Asia Selatan, seperti Bangladesh dan Pakistan.

"Sebetulnya negara-negara Amerika Latin, Afrika punya potensi besar. Tapi kemarin Pak Presiden juga mengingatkan negara tetangga, seperti Bangladesh dan Pakistan juga punya kesempatan," tuturnya.

Namun demikian, kunci untuk meningkatkan volume maupun nilai ekspor Indonesia adalah memahami kebutuhan produk maupun komoditas di masing-masing negara tersebut.

"Kuncinya kita mampu tidak memenuhi kebutuhan konsumen di negara-negara tersebut karena kan produk yang kita kirim harus spesifik, produk apa yang kompetitif," ujarnya.

Kecuk optimistis kinerja ekspor Indonesia akan terus membaik di 2018. "Saya sih berharap ekspor kita akan bagus di tahun ini karena harga komoditas sudah bagus dan negara tujuan ekspor kita, seperti AS dan China diprediksi mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang masih kuat," tukas Kecuk.