Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mulai 4 Mei akan menambah frekuensi penerbangannya dari Jakarta ke Perth dari empat kali menjadi lima kali per minggu. Penambahan kapasitas seat ini dimaksudkan untuk mengakomodir permintaan pasar yang semakin meningkat di antara dua kota.
Peningkatan frekuensi penerbangan tersebut juga sebagai bentuk dukungan Garuda Indonesia atas peningkatan industri pariwisata Indonesia, khususnya mempermudah wisatawan Australia dari Perth untuk terbang ke Jakarta dan selanjutnya ke wilayah domestik lainnya melalui kepastian ketersediaan seat.
Direktur Kargo Garuda Indonesia, Sigit Muhartono yang juga membawahi pengembangan rute internasional Garuda Indonesia mengatakan, penambahan frekuensi penerbangan Jakarta–Perth tersebut merupakan upaya Garuda Indonesia untuk turut mendorong pertumbuhan pariwisata Indonesia khususnya 10 destinasi prioritas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Demikian mengutip keterangan tertulis Jumat (2/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
"Australia menjadi salah satu pasar yang terus tumbuh dan potensial bagi Garuda Indonesia. Kedekatan Indonesia dan Australia terlebih Perth membuat banyaknya pengguna jasa di antara kedua negara untuk berkunjung ke Indonesia baik untuk keperluan bisnis, wisata, pendidikan maupun kesehatan," tambah Sigit.
Frekuensi tambahan penerbangan Jakarta-Perth tersebut dioperasikan setiap hari Jumat dengan keberangkatan dari Jakarta pukul 10.25 WIB dan tiba di Perth pada pukul 16.00, kemudian berangkat kembali dari Perth pada pukul 17.40 LT dan tiba di Jakarta pada pukul 21.35 WIB.
Saat ini PT Garuda Indonesia Tbk melayani sebanyak 35 penerbangan dari Indonesia ke Australia meliputi Jakarta-Melbourne vv (4x seminggu), Jakarta–Sydney vv (5x seminggu), Jakarta–Perth (4x seminggu), Denpasar–Perth (7x seminggu).
Kemudian Denpasar–Sydney (7x seminggu) dan Denpasar – Melbourne vv (8x seminggu). Seluruh penerbangan tersebut dilayani menggunakan pesawat Airbus 330-200/300 yang berkapasitas sebanyak 287 tempat duduk, kecuali Jakarta – Perth vv saat ini menggunakan pesawat Boeing 737-800 NG dengan kapasitas 162 tempat duduk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Â
Garuda Indonesia Targetkan Untung pada 2018
Sebelumnya, kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk diperkirakan masih merugi pada 2017. Meski demikian, kerugian yang dialami perusahaan terus berkurang setiap kuartalnya.
Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan, meski laporan keuangan pada kuartal IV belum dirilis. Namun dirinya tak menampik kemungkinan perusahannya masih berapor merah.
"Secara konsolidasi, Garuda masih merugi pada 2017, namun lebih rendah dari 2016. 2018, kita ingin menjadi perusahaan yang untung," kata dia di Jakarta, Selasa 23 Januari 2018.
Menatap 2018, Hilmi memaparkan pihaknya menargetkan perolehan pendapatan konsolidasi sebesar US$ 4,9 miliar atau tumbuh 19,51 persen dari periode yang sama tahun lalu US$ 4,1 miliar.
Untuk mencapai target itu, perusahaan juga menargetkan peningkatan jumlah penumpang sebanyak 2,5 juta menjadi 26,5 juta orang. Selain itu, bisnis kargo dan carter pesawat juga bakal lebih baik dibanding tahun lalu. Dengan rencana pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun ini, Garuda Indonesia menargetkan perolehan laba bersih sebesar US$ 8,7 juta.
Selain itu, Garuda Indonesia menargetkan total aset konsolidasi dapat mencapai US$ 5,3 miliar dengan liabilitas dan ekuitas masing-masing US$ 4,2 miliar dan US$ 1,18 miliar sepanjang 2018.
"Oleh sebab itu, kami harapkan 2020 laba Garuda bisa mencapai US$ 170 juta. Harga saham juga bakal naik dari yang saat ini masih Rp 300-an," tutur Helmi.
Hingga kuartal III 2017, PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi US$ 222,03 juta dari periode sama tahun sebelumnya US$ 44 juta.
Sementara itu, pendapatan usaha perseroan naik menjadi US$ 3,11 miliar hingga kuartal III 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,86 miliar. Total liabilitas dan ekuitas tercatat US$ 3,72 miliar pada 30 September 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar US$ 3,673 miliar. (Yas)
Advertisement