Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi pada 2017 yang sebesar 5,07 persen telah mencerminkan apa yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meskipun pertumbuhan ekonomi tersebut berada di bawah target pemerintah yang sebesar 5,2 persen.
Sri Mulyani menyatakan, pertumbuhan investasi pada tahun lalu menunjukkan tanda-tanda perbaikan dengan tumbuh 6,15 persen. Hal ini sesuai dengan keinginan Presiden yang fokus pada peningkatan investasi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kalau dilihat dari komposisi tadi yang saya lihat yang bagus dari angka kuartal IV adalah investasi sudah pick up dan tetap steady di atas 6 persen. Itu adalah suatu ciri yang cukup baik dari pertumbuhan ekonomi yang memang Pak Presiden menginginkan fokusnya adalah pada investasi," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
Selain investasi, ekspor Indonesia juga menunjukkan tanda perbaikan. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan ekspor yang berada di atas 8 persen.
"Ekspor juga ‎mengalami peningkatan di atas 8 persen, itu juga suatu yang cukup steady. Dan kalau kita lihat impornya yang cukup kuat, itu menunjukan bahwa impor terutama bahan baku dan barang modal itu juga menciptakan suatu optimisme bahwa momentum pertumbuhan yang cukup besar," kata dia.
Sri Mulyani juga mengakui yang harus menjadi perhatian adalah penurunan konsumsi rumah tangga, yang sebesar 4,95 persen di kuartal IV 2017 atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2016 yang sebesar 5,01 persen. Namun, penurunan tersebut dinilai tak signifikan.
"Yang mungkin dianggap lebih rendah dari kuartal IV tahun lalu adalah konsumsi yang 4,95 persen, hanya beda 0,05‎ persen dari tahun lalu kuartal IV yang 5 persen. Ini adalah suatu yang harus kita lihat apakah penyebabnya adalah inflasi yang secara satu tahun ini lebih besar dan terutama juga kita lihat dari sisi daya beli masyarakat yang sebetulnya kalau dilihat dari sisi income dan sektor usaha," jelas dia.
Adapun dari sisi industri, lanjut dia, juga menunjukkan sebuah kinerja yang positif meski belum mampu tumbuh hingga 5 persen. Namun, untuk sejumlah sektor industri mampu membuktikan pertumbuhan yang tinggi dan memberikan dorongan pada ekspor nasional.
"Kemudian kalau dilihat dari sektor produksinya yang kita lihat suatu ciri-ciri positif adalah industri itu cukup meningkat walaupun pertumbuhannya belum mencapai 5 persen, namun untuk beberapa industri seperti steel, lembar baja dan industri makanan itu meningkatnya cukup pesat, di atas 6 persen. Ini adalah suatu yang baik, yang menggambarkan konsumsi baik dalam negeri dan luar negeri terhadap ekspor kita meningkat cukup kuat," ungkap dia.
Menurut Sri Mulyani, momentum pertumbuhan yang telah dicapai ini harus terus dijaga. Pemerintah juga telah mengeluarkan beragam kebijakan untuk meningkatkan investasi di Indonesia.‎
"Momentum ini yang akan kita jaga, jadi kalau dilihat dari semua angka-angka ini dan kalau sesuai dengan arahan Presiden untuk perkuat investasi dengan memperbaiki izin usaha, mempermudah policy-policy kita harap momentum dari sektor industri akan meningkat. Kemudian dari sektor yang secara tradisional kuat seperti perdagangan, telekomunikasi, itu juga sudah menunjukkan pertumbuhan yang cukup steady di atas 8 persen," ujar dia.
Â
BPS: Ekonomi RI Tumbuh 5,07 Persen pada 2017
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 mencapai 5,07 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh belanja pemerintah dan inflasi yang terkendali.
"Pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2017 tercatat 5,19 persen. Namun, jika secara kumulatif di 2017, ekonomi Indonesia tumbuh 5,07 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin, 5 Februari 2018.
Suhariyanto menuturkan, angka pertumbuhan tersebut ditopang oleh belanja pemerintah dan juga inflasi yang terkendali. BPS mencatat, inflasi sepanjang 2017 di angka 3,16 persen.
Sementara untuk realisasi belanja pemerintah meningkat 29,22 persen pada kuartal IV 2017. "Ini dipicu oleh belanja modal, barang, dan pegawai," tambah dia.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi dialami oleh sektor jasa perusahaan yang mencapai 9,25 persen. Kemudian disusul oleh sektor informasi dan komunikasi yang mencapai 8,99 persen dan jasa lainnya mencapai 8,87 persen.
Advertisement